Senin, 11 April 2011

Malam Ini, Aku Tak Ingin Bermimpi

naskah ketiga yang dimuat Annida Online


MALAM INI, AKU TAK INGIN BERMIMPI

“ sekali ini saja, aku mohon. Setelah itu aku berjanji tidak akan mengganggumu lagi “ suaranya halus, lembut, dan bernada memohon. Khas orang yang sedang butuh pertolongan.
“ mengapa harus aku ? well, kulihat banyak artis artis muda berbakat yang cocok untuk itu “
Di ujung telepon, kudengar Danny menghela nafas.
“ tidak pernah ada yang spektakuler sepertimu. Bahkan, belum ada yang menyaingi reputasimu, prestasimu. Mereka dibesarkan karena gossip, skandal…”
“ aku sudah bertekad mengundurkan diri dari panggung hiburan. Dan sekarang aku bahagia dengan keluargaku…” tandasku.
please Ping, aku butuh tangan dinginmu untuk menyeleksi para peserta. Acara ini sangat penting, pemenangnya akan mengikuti acara yang sama di tingkat Asia..”
“ kau tahu Dan, aku sama sekali tak tertarik lagi muncul di televise “ mengucapkan kalimat itu, aku menelan ludah. Jujurkah aku pada diriku sendiri ?  “Bahkan kalau boleh ku katakan, aku menyesal pernah menjadi seorang artis. Mereka, wartawan wartawan itu tak punya perasan. Menguliti kehidupan pribadiku, sampai ke tulang sum sum…”
Danny tertawa
“ aku jamin, tidak akan ada lagi wartawan yang membuntutimu. Aku akan memberikan penjagaan ekstra ketat untukmu. Kau hanya perlu tampil dua jam setiap minggunya. Dari audisi sampai kita mendapat seorang jawara. Enam bulan, aku janji.”
well… kupertimbangkan”
please, berjanjilah Ping, You’re my only hope. Sebagai tambahan, pihak sponsor menyediakan honor yang memuaskan “
Aku tertawa sumbang. Honor ? hem…sebandingkah dengan resiko yang mungkin ku terima? Aku mulai gamang. Saat ini aku butuh banyak uang untuk mengobati Dinda, putri semata wayangku yang mengidap kelainan jantung bawaan. Lagipula yang meminta adalah Danny, dia teman ‘seperjuanganku’. Kami sama sama merangkak dari bawah hingga menjadi artis terkenal. Di pertengahan karir, dia putar haluan menjadi produser, sekaligus merintis  manajemen artis plus mendirikan sebuah event organizer, seperti impiannya. Sementara aku menikmati kepopuleranku sebagai artis multi talenta. film yang memasangku sebagai pemain utama selalu meraup jutaan penonton. Lagu laguku tembus hingga ke Negara tetangga. produk dari iklan yang kubintangi selalu mencapai penjualan yang luar biasa. Tak terhitung acara yang memajang ku sebagai presenter. Semua itu berakhir hanya dengan satu kata. Sukses.
Sampai prahara itu datang.
“ Pingkan, are you still there ?
Aku tergeragap. Tak menyadari Danny yang masih menunggu jawabanku. Dia sahabat paling setia. Sampai saat ini belum beristri, tapi tahu benar bagaimana menjaga perasaanku sebagai wanita. Bahkan dia juga yang membantu pelarianku dulu.
“ oke. Tapi aku punya syarat untukmu “
“ apapun “
“jangan pernah memintaku untuk menanggalkan jilbab, mengomentari penampilanku, apapun yang kupakai “
deal !!
***
Pingkan Anjanni, siapa yang tak kenal nama itu. Di awal tahun dua ribu, aku adalah artis paling bersinar yang dimiliki bangsa ini. Puluhan film layar lebar, ratusan judul lagu hits, sejumlah iklan dan acara acara penting akan bertambah gengsinya dengan kehadiranku. Semua orang mengelu- elukan ku. Bahkan aku punya klub penggemar yang setia mengikuti perkembangan beritaku. Bukan hanya remaja, tapi juga anak anak dan orang tua. Mereka menjadikan aku trend center. Semua yang kulakukan akan di ikuti. Gaya berpakaianku, caraku ber- make up, bahkan caraku berbicara. Apalagi aku termasuk artis yang bersih dari gossip. Tentu saja, aku mati matian menjaga imej. Aku tak ingin karir yang susah payah kubangun kandas hanya karena kebodohanku. Apalagi kakek yang semula tak setuju dengan pilihan karirku, mulai mendukung. Aku tak boleh mengecewakannya.
Tapi, bagaimanapun aku tetap manusia biasa. Aku menjalani fase fase kehidupan sebagaimana manusia biasa pula. Jatuh cinta, menjalani masa pacaran, dan menikah. pesta pernikahan mewah yang menelan dana ratusan juta itu menyedot jutaan mata pemirsa televise. Banyak yang memprediksi bahwa karirku akan redup seiring dengan kesibukanku menjalani rumah tangga. Apalagi Ryan, lelaki yang kunikahi memang berbeda profesi denganku. Aku tak peduli. Toh, meskipun itu terjadi, aku sudah cukup bahagia dengan pilihan hidupku. Dan Ryan adalah lelaki yang sangat kucintai.
Namun, hari bahagia itu adalah awal malapetaka buatku. Apakah harus ku sebut ia malapetaka ? atau justru klimaks perjalanan hidupku ?
Entah dari mana sumbernya, gossip itu mulai ramai menghiasi acara infotaintment. Pingkan Anjanni, seorang artis ternama ternyata adalah seorang anak haram, hasil hubungan gelap seorang wanita bernama Ninda dengan seorang petinggi negeri. Dan yang lebih tragis, Ryan, suamiku disebut sebut sebagai saudara sedarahku dari istri sah pejabat tersebut.
Aku terkulai lemas. Jujur aku tak tahu persis asal usulku. Mamaku, Ninda Anjanni meninggal dunia saat melahirkanku. Dan aku tak pernah tahu siapa papaku. Aku besar di bawah asuhan kakek dan nenek yang sangat mencintaiku. Dan mereka begitu pandai mengunci mulut. Aku tak mampu memaksa. Maka, saat tampil dalam jumpa pers, klarifikasiku tampak gamang. Kalimatku tak meyakinkan. Sikapku mencurigakan. Bahkan Ryan yang mendampingiku mulai gamang. Ada banyak fakta yang merujuk pada kebenaran gossip itu. Tinggal satu hal. Pernyataan dari Adrian Wiraguna, ayah Ryan, ayah mertuaku, yang disebut sebut sebagai ayah kandungku.
Gossip itu semakin liar. Semua menuntut kebenaran. Aku menjadi begitu phobia pada wartawan. Persis Lady Di dibelahan bumi sana dahulu. Aku tak punya privacy lagi. Bahkan aku merasa selalu ada mata yang mengawasi setiap gerak gerikku. Tak ada jalan lain, aku harus membuktikan bahwa semua itu hanya gossip murahan. Kerjaan iseng waratawan yag tak punya bahan berita. Dan aku hanyalah korban. Terlebih sejak gossip itu beredar, suamiku tak berani lagi menyentuhku. Ia memiliki kekhawatiran yang sama. Harapan yang sama.
Tes DNA adalah jalan keluar. Dengan hati hati ku utarakan niatku pada Ryan. Ia setuju dan meminta kesediaan papanya. Namun diluar dugaan, aib itu terkuak.
Ternyata wartawan memang dibekali dengan indera keenam. Atau paling tidak hidung anjing pelacak, sehingga mampu mengendus kebusukan yang tersimpan puluhan tahun, bahkan dalam radius puluhan kilometer !!
Aku limbung. Kebenaran itu begitu menyakitkan. Aib itu begitu memalukan. Dan para tukang gossip diluar sana semakin beringas. Akupun melarikan diri ke desa terpencil di kaki gunung  nun jauh dari ibu kota, jauh dari hiruk pikuk dunia. Terpaksa bercerai dari Ryan, kutolak kehadiran papa yang mencoba memohon maaf dariku. Tidakkah dia mengerti ? dosa yang tanpa sengaja kulakukan. Menikah dengan kakak kandungku sendiri !!
Pingkan Anjanni menghilang. Mengundurkan diri dari panggung hiburan yang membesarkanku, tapi juga menyakitiku. Sayang, aku tak mampu menolak janin yang telah terlanjur hadir dirahimku. Dibawah bimbingan seorang ustadz, aku menjalani pertaubatan. Merasakan kesejukan islam yang menyentuhku perlahan lahan. Meski agamaku islam sejak lahir, ibadahku hanyalah ritual tak bermakna. Hatiku tak peka akan kenikmatanNya. Aku ingin meraihnya. Dan yang terpenting, aku harus melindungi buah hatiku dari dunia keartisan yang kejam.
Tapi kini,. Tawaran itu menggodaku. Dinda, putriku yang membuatku bertahan hingga kini tak pernah lama menikmati keceriaannya. Kelainan jantung bawaan membuatnya tak bisa sempurna ceria. Cacat itu mungkin karena darahnya mengandung gen yang sama. Rekeningku tak boleh kosong karena Dinda butuh perawatan. Sementara warisan dari kakek kian  menipis. Lagipula, darah seni yang mengalir deras ditubuhku selalu membuatku rindu berakting. Atau paling tidak muncul di televise. Sekedar say hello. Tapi apakah orang orang di luar sana telah melupakan kisahku ? bahkan meski telah delapan tahun lewat !!
***
welcome home Pingkan Anjanni. Dunia ini selalu akan menjadi surgamu “
Danny menyambutku. Sekilas dia hendak memelukku, tapi urung menyadari penampilanku yang tertutup baju kurung rapat. Aku tersenyum. Ini ruangan pribadinya. Beberapa asistennya tampak hilir mudik. Sesekali melirikku. Acara belum dimulai, tapi ratusan, mungkin ribuan peserta audisi sudah memadati stadion. Artis rupanya sudah menjadi cita cita sebagian besar remaja negeri ini. Tak peduli berbakat atau tidak.
“ aku janji Dan, ini yang terakhir.”
Danny tersenyum, “ boleh kutahu kenapa akhirnya kau menyerah ? “
“ aku berhak untuk tidak memberimu alasan “
“ kau masih seperti yang dulu Ping “ dia meneliti penampilanku. “ kau cantik dengan jilbab lebar itu. Tapi kalau boleh ku minta, gantilah jilbabmu dengan yang lebih modis”
well, kita sudah sepakat. Kau tidak akan mengusik penampilanku. Kau hanya butuh naluriku untuk mencari calon superstar. “ suaraku meninggi.
“ oke… oke… selalu ada pengecualian. Terutama untuk seorang Pingkan Anjanni. Semua orang merindukanmu. Acara ini live di Star TV. Aku sudah menyiapkan kru untuk mengantisipasi apapun. Tak usah khawatir. Lagipula telah delapan tahun lewat ? aku yakin orang orang telah melupakan kisahmu “
Aku tersenyum kecil. Tapi senyumku hilang saat memulai audisi. Remaja remaja ini ! mereka hanya tahu kalau artis adalah profesi yang luar biasa. Terkenal, banyak uang. Tak memikirkan resiko. Bahkan sama sekali tak menyadari kalau kebanyakan dari mereka tak berbakat. Hanya berbekal semangat, nekat, bahkan beberapa pingsan ketika antrian mulai tak teratur. Miris. Yang lebih parah, saat audisi, mereka memakai pakaian mini, seksi, mengumbar aurat. Mereka fikir dengan memamerkan tubuh, akan memuluskan jalan mereka ? Huh ! bayangkan ! dari 2500 nomor peserta, hanya 20 yang kunyatakan lolos ke tahap seleksi berikutnya. Dan rekan rekan juri yang lain berpendapat sama.
Ruangan audisi sudah sepi. Hingar bingar musik, tawa yang lolos dan tangis yang gagal sudah menguap. Lelah. Aku teringat Dinda, putri cantikku. Sesungguhnya dia memiliki bakat yang besar untuk menjadi seorang bintang. Darah seni yang ku warisi mengalir pekat di tubuhnya. Tapi aku mati matian menghindarinya berkenalan dengan dunia itu. Cukup aku yang menjadi korban.
“ mama, semalam Dinda bermimpi buruk. Mama hati hati ya “
Gadis kecil itu memelukku erat. Ditemani Andin, adikku, ia mengantarku kebandara tadi pagi. Jakarta adalah kota pertama yang akan mengadakan audisi. Dan setelah sepuluh tahun, untuk pertama kalinya, aku akan menginjakkan kaki dikota itu lagi.
Aku tertawa kecil.
“ insyaallah sayang. Nanti mau mama bawain apa ? “
Dinda menggeleng.
“Dinda nggak mau apa apa. Dinda cuma ingin nanti malam nggak bermimpi. Dinda nggak mau mimpi buruk lagi.”
Aku mengernyitkan kening.
“ insyaallah, kalau Dinda minta sama Allah, pasti dikasih. Kenapa Dinda nggak minta di beri mimpi yang indah ? “
Dinda menatapku. Matanya!!  Tuhan, bagai ada mutiara yang tenggelam disana.
“ malam ini, Dinda nggak ingin bermimpi. Kalau mama sudah pulang baru Dinda mau bermimpi lagi … “
“ ping, pasukan khususmu sudah siap..”
Aku tergeragap. Bayangan Dinda sepenuhnya hilang. Danny tersenyum menyaksikan kekagetanku.
“ luar biasa, nalurimu tak pernah padam. Hasil audisi tadi sangat memuaskan. Honor minggu ini langsung di transfer ke rekeningmu. Kita ketemu lagi minggu depan di Banjarmasin. Tiketmu akan ku kirim “
Aku mengangguk. Tanpa bicara, di ikuti setengah lusin anak buahnya, aku keluar studio melalui ‘pintu rahasia’. Pintu rahasia itu berada di lantai dua. Di luarnya, ada tangga penghubung yang menuju jalan setapak, langsung ke jalan raya dan tertutup rimbun daun kembang sepatu. Danny selalu menggunakannya untuk menyembunyikan para artis dari kejaran fans dan wartawan.
Tapi, ya Allah, dibawah tangga, ratusan orang telah menyemut !! belum lagi wartawan yang pasti menunggu kabar dariku. Hari ini, Pingkan Anjanni yang telah lama menghilang muncul di televise. Tentu saja itu akan menjadi berita besar. Mereka akan memakai segala cara untuk mendapat gambar dan secuil berita dariku. Tuhan, kenapa aku tidak memperhitungkan hal ini ?
Ku tatap Danny. Dia tampak panic. Orang orang yang disebutnya sebagai ‘pasukan khusus ku’ pun nampaknya tak dapat diharapkan. Tak ada cara lain. Aku harus mencari sendiri jalan untuk keluar dari situasi ini. Aku tak akan membuka mulut untuk mereka, wartawan wartawan itu. Aku tak akan mebiarkan kehidupan pribadiku di usik lagi.
Ada harus nekad, menuruni tangga tangga keramik, lalu secepatnya melarikan diri, berkelit diantara pohon pohon kembang sepatu. Sulit dan sedikit curam memang, tapi melangkah, meskipun dengan resiko adalah lebih baik daripada diam menunggu.
“ mbak…mbak… mbak pingkan, bagaimana anak anda ? anda punya anak kan dari perkawinan dengan Ryan dulu ? anak sekaligus keponakan ? “
Aku tersentak. Tuhan, tolong aku, biarkan aku pergi !!
“ mbak …anak anda sudah besar. Sepuluh tahun mungkin. Apakah dia tahu siapa bapaknya ? “
Tuhan, tidak bisakah mereka membiarkanku hidup tenang ? Aku menggeleng tanpa sadar. Mataku berkunang kunang menyambut kilatan blitz yang menyilaukan. Dalam kepanikan aku tak memperhatikan langkahku, tak sadar aku menginjak pinggiran tangga keramik itu, membuatku terpeleset. Padahal masih ada 8 anak tangga lagi yang harus ku lalui. Wajah Dinda membayang. Tubuhku terasa ringan saat bergulingan di tangga keramik itu. Lalu jatuh berdebam dijalan yang ditutupi paving blok. Kepalaku menghantam ujung runcing tangga keramik yang keras. Ada yang basah disana. Perih. Sebelum kesadaranku tercabut sempurna, kudengar lagi suara Dinda.
“ mama, malam ini, aku tak ingin bermimpi.”

Kedaton, 03 maret 09
Buat para penikmat tv,
miris nggak sih melihat fenomena  saat ini ?



Komentar Mas Joni Ariadinata : 

Senin, 3 Agustus 2009 | 16:37:21
Bintang-bintang Gemerlapan
Joni Ariadinata
Yazmin Aisyah menuliskan kisah yang tragis dari kehidupan seorang bintang. Kehidupan artis ternama, kehidupan yang bergelimang dengan materi, serta kebahagiaan dunia yang menjadi impian jutaan orang: terkenal, cantik, dan kaya. Karena Yazmin menuliskan kisah ini dalam bentuk cerpen, dan sebuah cerpen tak akan seru tanpa sebuah konflik yang kejam, maka dibuatlah konflik yang cukup kejam dengan mengawinkan tokoh utama dengan kakak kandungnya sendiri. Menikah dengan kakak kandungnya sendiri!
Konflik terbukanya aib sedarah itu kemudian dibuat (sayangnya) dengan teknik serba kebetulan. Kebetulan aib itu terkuak oleh pers bahwa Pingkan (nama tokoh utama artis terkenal itu) adalah anak haram yang tidak jelas bapaknya, kebetulan pers akhirnya tahu bahwa ayah suami Pingkan sesungguhnya adalah ayah Pingkan! Karena ayah suami pingkan adalah ayah Pingkan, maka pastilah suami Pingkan (yang adalah anak dari ayah Pingkan itu), adalah saudara sekandung.
Dalam cerpen ini, kebetulan-kebetulan dibuat jalan gampang dengan meminjam tangan informasi dari wartawan. Kenapa disebut jalan gampang? Karena penulis (dalam cerpen ini) tidak perlu susah-payah untuk membongkar sendiri hubungan "aib" antara kakak kandung dan adik kandung melewati sebuah peristiwa, akan tetapi cukup menginformasikan saja secara langsung bahwa "dia adalah anak haram", kemudian, "dia menikahi kakak kandungnya", serta informasi lain yang sifatnya langsung.
Kelebihan dari informasi yang sifatnya langsung, adalah sampainya cerita dengan mudah, gampang dipahami, dan langsung jelas pada kesimpulan cerita yang sesuai dengan yang dikehendaki penulis. Kekurangannya, karena sifatnya hanya informasi, maka hilanglah sebagian kekuatan terpenting dalam cerita, yakni keterlibatan emosi pembaca yang mampu menggerakkan empati. Apalah jadinya sebuah cerita tanpa melibatkan emosi?
Sedikit beruntung karena dalam cerpen Yazmin ini informasi "kebetulan" hanyalah pendukung dari sebuah peristiwa besar yang akan menjadi tema utama. Meskipun, tentu saja jika faktor ebetulan ini bisa diminimalisir (atau barangkali dihilangkan dan diganti dengan teknik lain yang melibatkan tokoh secara langsung) akan membuat cerpen ini jauh lebih kuat. Kenapa? Karena semakin banyak kebetulan yang ditemukan dalam sebuah tulisan, pembaca kritis akan menganggap penulisnya tidak memiliki kemampuan yang kuat secara teknik, sehingga dengan gampang mengambil jalan pintas yang kebanyakan dihindari oleh para penulis.
Peristiwa pokoknya adalah tragedi setelah aib tokoh utama terbongkar, yakni jatuhnya gemerlap bintang menuju pada kesunyian. Sang Bintang terpaksa mengasingkan diri ke perkampungan, melepaskan diri dari keriuhan-keriuhan dunia pertunjukkan, film, serta kemewahan pesta. Kejaran wartawan yang mengobrak-abrik kehidupan pribadinya, membuka aib yang dialaminya yang nyaris setiap hari menjadi berita, telah melukai harga dirinya. Perceraian yang kemudian terjadi dengan suaminya (yang juga kakak kandungnya), serta niat untuk melindungi anaknya yang terlanjur tumbuh di rahimnya, membuat derita serta keputusan pasti untuk berhenti menggeluti dunia artis. Tokoh utama kembali ke jalan agama, mengenakan jilbab lebar, serta menutup diri dari dunia luar.
Persoalan kemudian terjadi, yakni saat tabungannya mulai menipis, dan ia memerlukan uang cukup banyak untuk pengobatan rutin anaknya yang sakit. Kemudian datang tawaran untuk kembali tampil di televisi, yakni menjadi juri pada pemilihan bakat para remaja yang bercita-cita menjadi bintang. Merasa cukup lama waktu yang ia habiskan untuk bersembunyi, yaitu sepuluh tahun, dan berharap wartawan serta orang-orang sudah lupa dengan kisah aib yang pernah menggerekan itu, maka ia pun menerima tawaran untuk kembali tampil. Pada saat inilah tragedi dari puncak klimaks cerpen ini ditulis, yang sekaligus menjadi penutup yang tragis dan cukup menghentak. Tokoh utama meninggal dengan tragis saat dikejar-kejar puluhan wartawan (yang ternyata tidak peduli, dan terus ingin mengorek sisi kelam dari kehidupan masa silam). Dalam beberapa adegan tambahan (saat tokoh utama terpaksa kembali tampil untuk menjadi juri pemilihan bintang remaja di televisi), disebutkan pesan penting dari penulis bahwa, tidak setiap dunia gemerlap adalah kebahagiaan.
Cerpen ini ditulis dengan teknik flash back, yakni dimulai pada adegan ketika tokoh utama ditawari untuk kembali tampil menjadi bintang setelah sekian tahun bersembunyi, kemudian ditarik ke masa lalu pada adegan sejarah kenapa sang bintang bersembunyi, dan berakhir pada adegan kini ketika pada akhirnya tokoh utama dimatikan oleh penulis secara tragis. Tak banyak keistimewaan yang patut disebutkan, selain dari tema serta pengemasan alur yang menarik.
Dalam cerpen ini, penulis cenderung untuk menempatkan diri pada seorang pengkisah (penutur) dari sebuah dongeng, sehingga tidak terlalu banyak menggarap karakter serta bahasa. Tokoh-tokoh dideskripsikan (baik melalui pemaparan, maupun dialog), semata-mata hanya untuk memperlancar terjadinya peristiwa yang dikehendaki pengarang. Teknik penulisan dengan semata-mata mengejar pada sampainya tema dengan baik ini, memang memiliki keunggulan, yakni menggiring pembacanya untuk secara mudah mencerna dan menikmati cerita, tanpa harus berupaya memberi kesempatan terhadap tafsir yang lebih mendalam. Pembaca sangat dimudahkan, lebih-lebih ditopang dengan bahasa yang nyaris tanpa kedalaman (minim metafora), di mana bahasa semacam ini memiliki tafsir tunggal yang memang gampang diikuti.
Untuk tujuan kelancaran sampainya cerita dengan menarik, gaya penulisan Yazmin Aisyah  ini memang sudah cukup menjanjikan. Akan tetapi sangat disayangkan jika kemampuan merakit tema cerita yang sedemikian menarik ini, hanya sampai di titik ini semata. Kenapa sangat disayangkan? Karen Yazmin (dalam cerpen ini) sudah mulai menampakkan dirinya untuk memilih posisi menulis karya yang berpretensi pada sastra serius. Bahasa Yazmin, meskipun minim eksplorasi (baik dari segi keindahan maupun kedalaman), tapi tidak terjebak pada penggunaan bahasa yang enteng (basasa slank atau bahasa populer). Yasmin sudah berada pada ambang penggunaan bahasa yang cukup baik, hanya saja, sekali lagi perlu pendalaman lebih lanjut untuk bisa memahami bahasa sebagai bagian dari emosi yang tak terpisahkan dari seorang penulis ketika menuliskan sebuah tema. Bagaimanakah cara agar Yazmin bisa memahami bahasa sebagai bagian dari emosi yang tak terpisahkan dari diri seorang penulis? Tak ada jalan lain kecuali banyak latihan membaca dari karya-karya yang memiliki keindahan bahasa, dari karya-karya yang ditulis oleh para penulis yang telah diakui kebesarannya.
Ada banyak penulis yang abai pada persoalan penting ini, sehingga tulisan-tulisannya sangat susah dibedakan antara satu dengan yang lainnya.Tema bisa saja sama, tapi teknik penggarapannyalah yang membedakan kualitas yang satu dengan yang lainnya. Demikian pula untuk Yazmin, ada banyak penulis yang bisa menyampaikan ide tulisan dengan lancar, akan tetapi amat sulit menemukan sebuah tulisan lancar yang memiliki karakter. Maka persoalan Yazmin selanjutnya (setelah bisa menulis dengan lancar) adalah: temukan karakter.
Selamat membaca.

 

0 komentar:

Senin, 11 April 2011

Malam Ini, Aku Tak Ingin Bermimpi

naskah ketiga yang dimuat Annida Online


MALAM INI, AKU TAK INGIN BERMIMPI

“ sekali ini saja, aku mohon. Setelah itu aku berjanji tidak akan mengganggumu lagi “ suaranya halus, lembut, dan bernada memohon. Khas orang yang sedang butuh pertolongan.
“ mengapa harus aku ? well, kulihat banyak artis artis muda berbakat yang cocok untuk itu “
Di ujung telepon, kudengar Danny menghela nafas.
“ tidak pernah ada yang spektakuler sepertimu. Bahkan, belum ada yang menyaingi reputasimu, prestasimu. Mereka dibesarkan karena gossip, skandal…”
“ aku sudah bertekad mengundurkan diri dari panggung hiburan. Dan sekarang aku bahagia dengan keluargaku…” tandasku.
please Ping, aku butuh tangan dinginmu untuk menyeleksi para peserta. Acara ini sangat penting, pemenangnya akan mengikuti acara yang sama di tingkat Asia..”
“ kau tahu Dan, aku sama sekali tak tertarik lagi muncul di televise “ mengucapkan kalimat itu, aku menelan ludah. Jujurkah aku pada diriku sendiri ?  “Bahkan kalau boleh ku katakan, aku menyesal pernah menjadi seorang artis. Mereka, wartawan wartawan itu tak punya perasan. Menguliti kehidupan pribadiku, sampai ke tulang sum sum…”
Danny tertawa
“ aku jamin, tidak akan ada lagi wartawan yang membuntutimu. Aku akan memberikan penjagaan ekstra ketat untukmu. Kau hanya perlu tampil dua jam setiap minggunya. Dari audisi sampai kita mendapat seorang jawara. Enam bulan, aku janji.”
well… kupertimbangkan”
please, berjanjilah Ping, You’re my only hope. Sebagai tambahan, pihak sponsor menyediakan honor yang memuaskan “
Aku tertawa sumbang. Honor ? hem…sebandingkah dengan resiko yang mungkin ku terima? Aku mulai gamang. Saat ini aku butuh banyak uang untuk mengobati Dinda, putri semata wayangku yang mengidap kelainan jantung bawaan. Lagipula yang meminta adalah Danny, dia teman ‘seperjuanganku’. Kami sama sama merangkak dari bawah hingga menjadi artis terkenal. Di pertengahan karir, dia putar haluan menjadi produser, sekaligus merintis  manajemen artis plus mendirikan sebuah event organizer, seperti impiannya. Sementara aku menikmati kepopuleranku sebagai artis multi talenta. film yang memasangku sebagai pemain utama selalu meraup jutaan penonton. Lagu laguku tembus hingga ke Negara tetangga. produk dari iklan yang kubintangi selalu mencapai penjualan yang luar biasa. Tak terhitung acara yang memajang ku sebagai presenter. Semua itu berakhir hanya dengan satu kata. Sukses.
Sampai prahara itu datang.
“ Pingkan, are you still there ?
Aku tergeragap. Tak menyadari Danny yang masih menunggu jawabanku. Dia sahabat paling setia. Sampai saat ini belum beristri, tapi tahu benar bagaimana menjaga perasaanku sebagai wanita. Bahkan dia juga yang membantu pelarianku dulu.
“ oke. Tapi aku punya syarat untukmu “
“ apapun “
“jangan pernah memintaku untuk menanggalkan jilbab, mengomentari penampilanku, apapun yang kupakai “
deal !!
***
Pingkan Anjanni, siapa yang tak kenal nama itu. Di awal tahun dua ribu, aku adalah artis paling bersinar yang dimiliki bangsa ini. Puluhan film layar lebar, ratusan judul lagu hits, sejumlah iklan dan acara acara penting akan bertambah gengsinya dengan kehadiranku. Semua orang mengelu- elukan ku. Bahkan aku punya klub penggemar yang setia mengikuti perkembangan beritaku. Bukan hanya remaja, tapi juga anak anak dan orang tua. Mereka menjadikan aku trend center. Semua yang kulakukan akan di ikuti. Gaya berpakaianku, caraku ber- make up, bahkan caraku berbicara. Apalagi aku termasuk artis yang bersih dari gossip. Tentu saja, aku mati matian menjaga imej. Aku tak ingin karir yang susah payah kubangun kandas hanya karena kebodohanku. Apalagi kakek yang semula tak setuju dengan pilihan karirku, mulai mendukung. Aku tak boleh mengecewakannya.
Tapi, bagaimanapun aku tetap manusia biasa. Aku menjalani fase fase kehidupan sebagaimana manusia biasa pula. Jatuh cinta, menjalani masa pacaran, dan menikah. pesta pernikahan mewah yang menelan dana ratusan juta itu menyedot jutaan mata pemirsa televise. Banyak yang memprediksi bahwa karirku akan redup seiring dengan kesibukanku menjalani rumah tangga. Apalagi Ryan, lelaki yang kunikahi memang berbeda profesi denganku. Aku tak peduli. Toh, meskipun itu terjadi, aku sudah cukup bahagia dengan pilihan hidupku. Dan Ryan adalah lelaki yang sangat kucintai.
Namun, hari bahagia itu adalah awal malapetaka buatku. Apakah harus ku sebut ia malapetaka ? atau justru klimaks perjalanan hidupku ?
Entah dari mana sumbernya, gossip itu mulai ramai menghiasi acara infotaintment. Pingkan Anjanni, seorang artis ternama ternyata adalah seorang anak haram, hasil hubungan gelap seorang wanita bernama Ninda dengan seorang petinggi negeri. Dan yang lebih tragis, Ryan, suamiku disebut sebut sebagai saudara sedarahku dari istri sah pejabat tersebut.
Aku terkulai lemas. Jujur aku tak tahu persis asal usulku. Mamaku, Ninda Anjanni meninggal dunia saat melahirkanku. Dan aku tak pernah tahu siapa papaku. Aku besar di bawah asuhan kakek dan nenek yang sangat mencintaiku. Dan mereka begitu pandai mengunci mulut. Aku tak mampu memaksa. Maka, saat tampil dalam jumpa pers, klarifikasiku tampak gamang. Kalimatku tak meyakinkan. Sikapku mencurigakan. Bahkan Ryan yang mendampingiku mulai gamang. Ada banyak fakta yang merujuk pada kebenaran gossip itu. Tinggal satu hal. Pernyataan dari Adrian Wiraguna, ayah Ryan, ayah mertuaku, yang disebut sebut sebagai ayah kandungku.
Gossip itu semakin liar. Semua menuntut kebenaran. Aku menjadi begitu phobia pada wartawan. Persis Lady Di dibelahan bumi sana dahulu. Aku tak punya privacy lagi. Bahkan aku merasa selalu ada mata yang mengawasi setiap gerak gerikku. Tak ada jalan lain, aku harus membuktikan bahwa semua itu hanya gossip murahan. Kerjaan iseng waratawan yag tak punya bahan berita. Dan aku hanyalah korban. Terlebih sejak gossip itu beredar, suamiku tak berani lagi menyentuhku. Ia memiliki kekhawatiran yang sama. Harapan yang sama.
Tes DNA adalah jalan keluar. Dengan hati hati ku utarakan niatku pada Ryan. Ia setuju dan meminta kesediaan papanya. Namun diluar dugaan, aib itu terkuak.
Ternyata wartawan memang dibekali dengan indera keenam. Atau paling tidak hidung anjing pelacak, sehingga mampu mengendus kebusukan yang tersimpan puluhan tahun, bahkan dalam radius puluhan kilometer !!
Aku limbung. Kebenaran itu begitu menyakitkan. Aib itu begitu memalukan. Dan para tukang gossip diluar sana semakin beringas. Akupun melarikan diri ke desa terpencil di kaki gunung  nun jauh dari ibu kota, jauh dari hiruk pikuk dunia. Terpaksa bercerai dari Ryan, kutolak kehadiran papa yang mencoba memohon maaf dariku. Tidakkah dia mengerti ? dosa yang tanpa sengaja kulakukan. Menikah dengan kakak kandungku sendiri !!
Pingkan Anjanni menghilang. Mengundurkan diri dari panggung hiburan yang membesarkanku, tapi juga menyakitiku. Sayang, aku tak mampu menolak janin yang telah terlanjur hadir dirahimku. Dibawah bimbingan seorang ustadz, aku menjalani pertaubatan. Merasakan kesejukan islam yang menyentuhku perlahan lahan. Meski agamaku islam sejak lahir, ibadahku hanyalah ritual tak bermakna. Hatiku tak peka akan kenikmatanNya. Aku ingin meraihnya. Dan yang terpenting, aku harus melindungi buah hatiku dari dunia keartisan yang kejam.
Tapi kini,. Tawaran itu menggodaku. Dinda, putriku yang membuatku bertahan hingga kini tak pernah lama menikmati keceriaannya. Kelainan jantung bawaan membuatnya tak bisa sempurna ceria. Cacat itu mungkin karena darahnya mengandung gen yang sama. Rekeningku tak boleh kosong karena Dinda butuh perawatan. Sementara warisan dari kakek kian  menipis. Lagipula, darah seni yang mengalir deras ditubuhku selalu membuatku rindu berakting. Atau paling tidak muncul di televise. Sekedar say hello. Tapi apakah orang orang di luar sana telah melupakan kisahku ? bahkan meski telah delapan tahun lewat !!
***
welcome home Pingkan Anjanni. Dunia ini selalu akan menjadi surgamu “
Danny menyambutku. Sekilas dia hendak memelukku, tapi urung menyadari penampilanku yang tertutup baju kurung rapat. Aku tersenyum. Ini ruangan pribadinya. Beberapa asistennya tampak hilir mudik. Sesekali melirikku. Acara belum dimulai, tapi ratusan, mungkin ribuan peserta audisi sudah memadati stadion. Artis rupanya sudah menjadi cita cita sebagian besar remaja negeri ini. Tak peduli berbakat atau tidak.
“ aku janji Dan, ini yang terakhir.”
Danny tersenyum, “ boleh kutahu kenapa akhirnya kau menyerah ? “
“ aku berhak untuk tidak memberimu alasan “
“ kau masih seperti yang dulu Ping “ dia meneliti penampilanku. “ kau cantik dengan jilbab lebar itu. Tapi kalau boleh ku minta, gantilah jilbabmu dengan yang lebih modis”
well, kita sudah sepakat. Kau tidak akan mengusik penampilanku. Kau hanya butuh naluriku untuk mencari calon superstar. “ suaraku meninggi.
“ oke… oke… selalu ada pengecualian. Terutama untuk seorang Pingkan Anjanni. Semua orang merindukanmu. Acara ini live di Star TV. Aku sudah menyiapkan kru untuk mengantisipasi apapun. Tak usah khawatir. Lagipula telah delapan tahun lewat ? aku yakin orang orang telah melupakan kisahmu “
Aku tersenyum kecil. Tapi senyumku hilang saat memulai audisi. Remaja remaja ini ! mereka hanya tahu kalau artis adalah profesi yang luar biasa. Terkenal, banyak uang. Tak memikirkan resiko. Bahkan sama sekali tak menyadari kalau kebanyakan dari mereka tak berbakat. Hanya berbekal semangat, nekat, bahkan beberapa pingsan ketika antrian mulai tak teratur. Miris. Yang lebih parah, saat audisi, mereka memakai pakaian mini, seksi, mengumbar aurat. Mereka fikir dengan memamerkan tubuh, akan memuluskan jalan mereka ? Huh ! bayangkan ! dari 2500 nomor peserta, hanya 20 yang kunyatakan lolos ke tahap seleksi berikutnya. Dan rekan rekan juri yang lain berpendapat sama.
Ruangan audisi sudah sepi. Hingar bingar musik, tawa yang lolos dan tangis yang gagal sudah menguap. Lelah. Aku teringat Dinda, putri cantikku. Sesungguhnya dia memiliki bakat yang besar untuk menjadi seorang bintang. Darah seni yang ku warisi mengalir pekat di tubuhnya. Tapi aku mati matian menghindarinya berkenalan dengan dunia itu. Cukup aku yang menjadi korban.
“ mama, semalam Dinda bermimpi buruk. Mama hati hati ya “
Gadis kecil itu memelukku erat. Ditemani Andin, adikku, ia mengantarku kebandara tadi pagi. Jakarta adalah kota pertama yang akan mengadakan audisi. Dan setelah sepuluh tahun, untuk pertama kalinya, aku akan menginjakkan kaki dikota itu lagi.
Aku tertawa kecil.
“ insyaallah sayang. Nanti mau mama bawain apa ? “
Dinda menggeleng.
“Dinda nggak mau apa apa. Dinda cuma ingin nanti malam nggak bermimpi. Dinda nggak mau mimpi buruk lagi.”
Aku mengernyitkan kening.
“ insyaallah, kalau Dinda minta sama Allah, pasti dikasih. Kenapa Dinda nggak minta di beri mimpi yang indah ? “
Dinda menatapku. Matanya!!  Tuhan, bagai ada mutiara yang tenggelam disana.
“ malam ini, Dinda nggak ingin bermimpi. Kalau mama sudah pulang baru Dinda mau bermimpi lagi … “
“ ping, pasukan khususmu sudah siap..”
Aku tergeragap. Bayangan Dinda sepenuhnya hilang. Danny tersenyum menyaksikan kekagetanku.
“ luar biasa, nalurimu tak pernah padam. Hasil audisi tadi sangat memuaskan. Honor minggu ini langsung di transfer ke rekeningmu. Kita ketemu lagi minggu depan di Banjarmasin. Tiketmu akan ku kirim “
Aku mengangguk. Tanpa bicara, di ikuti setengah lusin anak buahnya, aku keluar studio melalui ‘pintu rahasia’. Pintu rahasia itu berada di lantai dua. Di luarnya, ada tangga penghubung yang menuju jalan setapak, langsung ke jalan raya dan tertutup rimbun daun kembang sepatu. Danny selalu menggunakannya untuk menyembunyikan para artis dari kejaran fans dan wartawan.
Tapi, ya Allah, dibawah tangga, ratusan orang telah menyemut !! belum lagi wartawan yang pasti menunggu kabar dariku. Hari ini, Pingkan Anjanni yang telah lama menghilang muncul di televise. Tentu saja itu akan menjadi berita besar. Mereka akan memakai segala cara untuk mendapat gambar dan secuil berita dariku. Tuhan, kenapa aku tidak memperhitungkan hal ini ?
Ku tatap Danny. Dia tampak panic. Orang orang yang disebutnya sebagai ‘pasukan khusus ku’ pun nampaknya tak dapat diharapkan. Tak ada cara lain. Aku harus mencari sendiri jalan untuk keluar dari situasi ini. Aku tak akan membuka mulut untuk mereka, wartawan wartawan itu. Aku tak akan mebiarkan kehidupan pribadiku di usik lagi.
Ada harus nekad, menuruni tangga tangga keramik, lalu secepatnya melarikan diri, berkelit diantara pohon pohon kembang sepatu. Sulit dan sedikit curam memang, tapi melangkah, meskipun dengan resiko adalah lebih baik daripada diam menunggu.
“ mbak…mbak… mbak pingkan, bagaimana anak anda ? anda punya anak kan dari perkawinan dengan Ryan dulu ? anak sekaligus keponakan ? “
Aku tersentak. Tuhan, tolong aku, biarkan aku pergi !!
“ mbak …anak anda sudah besar. Sepuluh tahun mungkin. Apakah dia tahu siapa bapaknya ? “
Tuhan, tidak bisakah mereka membiarkanku hidup tenang ? Aku menggeleng tanpa sadar. Mataku berkunang kunang menyambut kilatan blitz yang menyilaukan. Dalam kepanikan aku tak memperhatikan langkahku, tak sadar aku menginjak pinggiran tangga keramik itu, membuatku terpeleset. Padahal masih ada 8 anak tangga lagi yang harus ku lalui. Wajah Dinda membayang. Tubuhku terasa ringan saat bergulingan di tangga keramik itu. Lalu jatuh berdebam dijalan yang ditutupi paving blok. Kepalaku menghantam ujung runcing tangga keramik yang keras. Ada yang basah disana. Perih. Sebelum kesadaranku tercabut sempurna, kudengar lagi suara Dinda.
“ mama, malam ini, aku tak ingin bermimpi.”

Kedaton, 03 maret 09
Buat para penikmat tv,
miris nggak sih melihat fenomena  saat ini ?



Komentar Mas Joni Ariadinata : 

Senin, 3 Agustus 2009 | 16:37:21
Bintang-bintang Gemerlapan
Joni Ariadinata
Yazmin Aisyah menuliskan kisah yang tragis dari kehidupan seorang bintang. Kehidupan artis ternama, kehidupan yang bergelimang dengan materi, serta kebahagiaan dunia yang menjadi impian jutaan orang: terkenal, cantik, dan kaya. Karena Yazmin menuliskan kisah ini dalam bentuk cerpen, dan sebuah cerpen tak akan seru tanpa sebuah konflik yang kejam, maka dibuatlah konflik yang cukup kejam dengan mengawinkan tokoh utama dengan kakak kandungnya sendiri. Menikah dengan kakak kandungnya sendiri!
Konflik terbukanya aib sedarah itu kemudian dibuat (sayangnya) dengan teknik serba kebetulan. Kebetulan aib itu terkuak oleh pers bahwa Pingkan (nama tokoh utama artis terkenal itu) adalah anak haram yang tidak jelas bapaknya, kebetulan pers akhirnya tahu bahwa ayah suami Pingkan sesungguhnya adalah ayah Pingkan! Karena ayah suami pingkan adalah ayah Pingkan, maka pastilah suami Pingkan (yang adalah anak dari ayah Pingkan itu), adalah saudara sekandung.
Dalam cerpen ini, kebetulan-kebetulan dibuat jalan gampang dengan meminjam tangan informasi dari wartawan. Kenapa disebut jalan gampang? Karena penulis (dalam cerpen ini) tidak perlu susah-payah untuk membongkar sendiri hubungan "aib" antara kakak kandung dan adik kandung melewati sebuah peristiwa, akan tetapi cukup menginformasikan saja secara langsung bahwa "dia adalah anak haram", kemudian, "dia menikahi kakak kandungnya", serta informasi lain yang sifatnya langsung.
Kelebihan dari informasi yang sifatnya langsung, adalah sampainya cerita dengan mudah, gampang dipahami, dan langsung jelas pada kesimpulan cerita yang sesuai dengan yang dikehendaki penulis. Kekurangannya, karena sifatnya hanya informasi, maka hilanglah sebagian kekuatan terpenting dalam cerita, yakni keterlibatan emosi pembaca yang mampu menggerakkan empati. Apalah jadinya sebuah cerita tanpa melibatkan emosi?
Sedikit beruntung karena dalam cerpen Yazmin ini informasi "kebetulan" hanyalah pendukung dari sebuah peristiwa besar yang akan menjadi tema utama. Meskipun, tentu saja jika faktor ebetulan ini bisa diminimalisir (atau barangkali dihilangkan dan diganti dengan teknik lain yang melibatkan tokoh secara langsung) akan membuat cerpen ini jauh lebih kuat. Kenapa? Karena semakin banyak kebetulan yang ditemukan dalam sebuah tulisan, pembaca kritis akan menganggap penulisnya tidak memiliki kemampuan yang kuat secara teknik, sehingga dengan gampang mengambil jalan pintas yang kebanyakan dihindari oleh para penulis.
Peristiwa pokoknya adalah tragedi setelah aib tokoh utama terbongkar, yakni jatuhnya gemerlap bintang menuju pada kesunyian. Sang Bintang terpaksa mengasingkan diri ke perkampungan, melepaskan diri dari keriuhan-keriuhan dunia pertunjukkan, film, serta kemewahan pesta. Kejaran wartawan yang mengobrak-abrik kehidupan pribadinya, membuka aib yang dialaminya yang nyaris setiap hari menjadi berita, telah melukai harga dirinya. Perceraian yang kemudian terjadi dengan suaminya (yang juga kakak kandungnya), serta niat untuk melindungi anaknya yang terlanjur tumbuh di rahimnya, membuat derita serta keputusan pasti untuk berhenti menggeluti dunia artis. Tokoh utama kembali ke jalan agama, mengenakan jilbab lebar, serta menutup diri dari dunia luar.
Persoalan kemudian terjadi, yakni saat tabungannya mulai menipis, dan ia memerlukan uang cukup banyak untuk pengobatan rutin anaknya yang sakit. Kemudian datang tawaran untuk kembali tampil di televisi, yakni menjadi juri pada pemilihan bakat para remaja yang bercita-cita menjadi bintang. Merasa cukup lama waktu yang ia habiskan untuk bersembunyi, yaitu sepuluh tahun, dan berharap wartawan serta orang-orang sudah lupa dengan kisah aib yang pernah menggerekan itu, maka ia pun menerima tawaran untuk kembali tampil. Pada saat inilah tragedi dari puncak klimaks cerpen ini ditulis, yang sekaligus menjadi penutup yang tragis dan cukup menghentak. Tokoh utama meninggal dengan tragis saat dikejar-kejar puluhan wartawan (yang ternyata tidak peduli, dan terus ingin mengorek sisi kelam dari kehidupan masa silam). Dalam beberapa adegan tambahan (saat tokoh utama terpaksa kembali tampil untuk menjadi juri pemilihan bintang remaja di televisi), disebutkan pesan penting dari penulis bahwa, tidak setiap dunia gemerlap adalah kebahagiaan.
Cerpen ini ditulis dengan teknik flash back, yakni dimulai pada adegan ketika tokoh utama ditawari untuk kembali tampil menjadi bintang setelah sekian tahun bersembunyi, kemudian ditarik ke masa lalu pada adegan sejarah kenapa sang bintang bersembunyi, dan berakhir pada adegan kini ketika pada akhirnya tokoh utama dimatikan oleh penulis secara tragis. Tak banyak keistimewaan yang patut disebutkan, selain dari tema serta pengemasan alur yang menarik.
Dalam cerpen ini, penulis cenderung untuk menempatkan diri pada seorang pengkisah (penutur) dari sebuah dongeng, sehingga tidak terlalu banyak menggarap karakter serta bahasa. Tokoh-tokoh dideskripsikan (baik melalui pemaparan, maupun dialog), semata-mata hanya untuk memperlancar terjadinya peristiwa yang dikehendaki pengarang. Teknik penulisan dengan semata-mata mengejar pada sampainya tema dengan baik ini, memang memiliki keunggulan, yakni menggiring pembacanya untuk secara mudah mencerna dan menikmati cerita, tanpa harus berupaya memberi kesempatan terhadap tafsir yang lebih mendalam. Pembaca sangat dimudahkan, lebih-lebih ditopang dengan bahasa yang nyaris tanpa kedalaman (minim metafora), di mana bahasa semacam ini memiliki tafsir tunggal yang memang gampang diikuti.
Untuk tujuan kelancaran sampainya cerita dengan menarik, gaya penulisan Yazmin Aisyah  ini memang sudah cukup menjanjikan. Akan tetapi sangat disayangkan jika kemampuan merakit tema cerita yang sedemikian menarik ini, hanya sampai di titik ini semata. Kenapa sangat disayangkan? Karen Yazmin (dalam cerpen ini) sudah mulai menampakkan dirinya untuk memilih posisi menulis karya yang berpretensi pada sastra serius. Bahasa Yazmin, meskipun minim eksplorasi (baik dari segi keindahan maupun kedalaman), tapi tidak terjebak pada penggunaan bahasa yang enteng (basasa slank atau bahasa populer). Yasmin sudah berada pada ambang penggunaan bahasa yang cukup baik, hanya saja, sekali lagi perlu pendalaman lebih lanjut untuk bisa memahami bahasa sebagai bagian dari emosi yang tak terpisahkan dari seorang penulis ketika menuliskan sebuah tema. Bagaimanakah cara agar Yazmin bisa memahami bahasa sebagai bagian dari emosi yang tak terpisahkan dari diri seorang penulis? Tak ada jalan lain kecuali banyak latihan membaca dari karya-karya yang memiliki keindahan bahasa, dari karya-karya yang ditulis oleh para penulis yang telah diakui kebesarannya.
Ada banyak penulis yang abai pada persoalan penting ini, sehingga tulisan-tulisannya sangat susah dibedakan antara satu dengan yang lainnya.Tema bisa saja sama, tapi teknik penggarapannyalah yang membedakan kualitas yang satu dengan yang lainnya. Demikian pula untuk Yazmin, ada banyak penulis yang bisa menyampaikan ide tulisan dengan lancar, akan tetapi amat sulit menemukan sebuah tulisan lancar yang memiliki karakter. Maka persoalan Yazmin selanjutnya (setelah bisa menulis dengan lancar) adalah: temukan karakter.
Selamat membaca.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages