Senin, 11 April 2011

APRIL

Cerpen pertama yang di muat Annida Online, April 2009


APRIL

PART ONE

Matahari mulai merayap menuju titik tertingginya. Aku mengusap peluh yang mulai membanjir di dahi. 2 bulan ternyata belum membuatku terbiasa dengan udara panas kota Lampung. Di depanku , April sudah lebih dulu tiba di depan pagar sebuah rumah tipe 36 ber cat hijau
“ masuk Ci. Ini rumah sepupuku … “ ujarnya tanpa menoleh. Kantung kantung plastic yang dibawanya tampaknya yang mendorongnya untuk bergegas. Di ruang tamu , seorang perempuan muda menggendong seorang bayi menyambut langkahnya.
“ April… ? dari mana ..?
“ dari swalayan kak. Oh ya , ni Aci temanku. Teman SMA dulu. Aku numpang ganti baju ya… “ tanpa mempedulikan aku , April mambawa tubuhnya yang tambun bersama kantung belanjanya. Lalu menghilang ke sebuah ruangan. Perempuan itu menatapku. Aku hanya bisa tersenyum. Sedikit kikuk.
“ kamu teman SMA nya ? “
“ Iya kak. Kami sudah lima tahun lho nggak ketemu”
“ kok gitu , emang kamu tinggal dimana  ? “
“Aku kerja di Puncak , Bogor. Baru dua bulan ini aku pulang kampung. Nggak nyangka bisa ketemu April. Aku jadi punya teman jalan. Soalnya teman yang lain sudah pada pindah “
“ emang dia udah nggak suka ngamuk lagi …?”
Aku kaget , ngamuk ?
“ iya … dulu kan dia sering ngamuk ,  kamu nggak tahu ?”
Tanpa di minta , perempuan itu mulai bercerita. Mungkin mengerti dengan raut kaget dan penasaran yang pasti tidak hilang dari wajahku.
” sebenarnya selulus SMA , April masih baik baik saja. Nah , ketika dia mulai kuliah di … itu lho. Sekolahnya perawat …”
“  AKPER ….? “
“ ho oh … dia di guna guna sama temannya. Perempuan juga. Katanya ….”
Kalimatnya terhenti. Dari kamar tempatnya masuk tadi . April muncul. Dia melenggokkan badannya sebentar , lalu berputar putar ala peragawati.
“ bagus nggak Ci ? “
Yang di tanyanya adalah sepotong kaus coklat tua seharga tiga puluh lima ribu rupiah yang baru saja dibayarnya di toko swalayan. Kaus itu melekat ketat ditubuhnya yang gembur , serupa dengan legging hitam yang memang tadi di pakainya. Walhasil , perutnya yang sama sekali tak langsing plus timbunan lemak di sana sini tampak jelas melekuk lekuk di balik baju ketatnya. Uh , aku mengeluh dalam hati.
***
Kejadian itu sudah seminggu berlalu. Tapi aku sama sekali tak bias melupakannya. Terlintas dalam niatku untuk mencari tahu lewat sepupunya. Tapi itupun belum sempat kulakukan.
Muti Aprillia , aku mengingatnya sebagai gadis yang periang. Meski tidak terlalu akrab , Dia adalah teman ‘seperjuanganku’ karena kami selalu satu sekolah dari SD hingga SMU , kendati beda kelas. Gaya bicaranya ceplas ceplos , apa adanya. Dan yang paling kuingat adalah , dia paling nggak suka di panggil Muti , Mut … Mut …katanya kayak semut lah , marmot lah. Dia selalu meminta di panggil April. Keren katanya. Apalagi kemudian Avril Lavigna muncul dengan “I’m with you” nya yang langsung ngetop. Mulailah April protes kalau namanya ditulis dengan huruf ‘P’.
Dan untuk pertama kalinya , setelah lima tahun , aku bertemu lagi dengannya. Waktu itu , aku sedang break dari tempatku bekerja karena sakitku yang bolak balik kambuh dan memutuskan pulang ke kota kelahiranku. Ketika membuka buka album kenangan SMA , aku bertekad akan melacak keberadaan teman teman lamaku.
Target utamaku adalah April , yang rumahnya paling dekat dan kuharap belum pindah. Tak disangka , begitu mudah aku bertemu dengannya. Tapi nyatanya semua sudah banyak berubah. Dia sekarang seorang perawat Dan telah bersuami. Saat itu dia sedang dalam masa cuti setelah melahirkan anak pertamanya. Tubuhnya yang dulu langsing kini tampak subur. Rambut panjangnya yang dulu hitam berkilau kini di potong pendek ala Demi Moore. Hampir aku tidak mengenalinya. Dia sendiri kaget. Dan yang membuatku tertawa , dia bilang , aku masih kelihatan seperti anak ABG , he…3x. sejak itu beberapa kali kami jalan bareng. Sekedar bernostalgia atau menemaninya yang belakangan kutahu keranjingan belanja. Tak ada yang aneh meski Ku perhatikan memang wataknya ikut berubah sebagaimana perubahan fisiknya. Emosinya cepat naik. Kesenggol orang di supermarket , sewot. kelamaan ngantri di kasir , ngomel. Dan ngomelnya itu lho. Kenceng kenceng banget. Sampai sampai semua orang menoleh pada kami. aku jadi jengah. Tapi mau gimana lagi ? padahal April yang ku kenal dulu sangat periang dan humoris. Yang juga membuatku  heran adalah dia dengan mudah meninggalkan bayinya yang masih merah. Ketika ku utarakan keherananku , dia hanya tertawa sumbang.
Suara Dirly , “sampai ke ujung dunia “ melengking dari HP- ku. April.
“ Aci ? “ suaranya mengandung tangis. Aku kaget
“ assalamu’allaikum April , ada apa ? “
“ aku harus ketemu kamu…“
bahkan dia lupa menjawab salamku
“Ada yang mau aku ceritain. Aku sudah nggak tahan lagi… aku … aku … “ kini isakannya jelas terdengar.
Ku tatap sejenak komputerku yang baru saja loading. Duh …
“Aci …..? “
“ oke … oke … tapi kamu harus tenang ya. Sebentar lagi aku sampe rumahmu ..”
“ jangan terlambat … “ suaranya penuh tekanan. Aku jadi sedikit panic.
“ karena kalau kamu terlambat , mungkin kita nggak akan bertemu lagi …..”
Aku tersentak.

(bersambung, nah siapa aja boleh buat cerita selanjutnya,ok?)

0 komentar:

Senin, 11 April 2011

APRIL

Cerpen pertama yang di muat Annida Online, April 2009


APRIL

PART ONE

Matahari mulai merayap menuju titik tertingginya. Aku mengusap peluh yang mulai membanjir di dahi. 2 bulan ternyata belum membuatku terbiasa dengan udara panas kota Lampung. Di depanku , April sudah lebih dulu tiba di depan pagar sebuah rumah tipe 36 ber cat hijau
“ masuk Ci. Ini rumah sepupuku … “ ujarnya tanpa menoleh. Kantung kantung plastic yang dibawanya tampaknya yang mendorongnya untuk bergegas. Di ruang tamu , seorang perempuan muda menggendong seorang bayi menyambut langkahnya.
“ April… ? dari mana ..?
“ dari swalayan kak. Oh ya , ni Aci temanku. Teman SMA dulu. Aku numpang ganti baju ya… “ tanpa mempedulikan aku , April mambawa tubuhnya yang tambun bersama kantung belanjanya. Lalu menghilang ke sebuah ruangan. Perempuan itu menatapku. Aku hanya bisa tersenyum. Sedikit kikuk.
“ kamu teman SMA nya ? “
“ Iya kak. Kami sudah lima tahun lho nggak ketemu”
“ kok gitu , emang kamu tinggal dimana  ? “
“Aku kerja di Puncak , Bogor. Baru dua bulan ini aku pulang kampung. Nggak nyangka bisa ketemu April. Aku jadi punya teman jalan. Soalnya teman yang lain sudah pada pindah “
“ emang dia udah nggak suka ngamuk lagi …?”
Aku kaget , ngamuk ?
“ iya … dulu kan dia sering ngamuk ,  kamu nggak tahu ?”
Tanpa di minta , perempuan itu mulai bercerita. Mungkin mengerti dengan raut kaget dan penasaran yang pasti tidak hilang dari wajahku.
” sebenarnya selulus SMA , April masih baik baik saja. Nah , ketika dia mulai kuliah di … itu lho. Sekolahnya perawat …”
“  AKPER ….? “
“ ho oh … dia di guna guna sama temannya. Perempuan juga. Katanya ….”
Kalimatnya terhenti. Dari kamar tempatnya masuk tadi . April muncul. Dia melenggokkan badannya sebentar , lalu berputar putar ala peragawati.
“ bagus nggak Ci ? “
Yang di tanyanya adalah sepotong kaus coklat tua seharga tiga puluh lima ribu rupiah yang baru saja dibayarnya di toko swalayan. Kaus itu melekat ketat ditubuhnya yang gembur , serupa dengan legging hitam yang memang tadi di pakainya. Walhasil , perutnya yang sama sekali tak langsing plus timbunan lemak di sana sini tampak jelas melekuk lekuk di balik baju ketatnya. Uh , aku mengeluh dalam hati.
***
Kejadian itu sudah seminggu berlalu. Tapi aku sama sekali tak bias melupakannya. Terlintas dalam niatku untuk mencari tahu lewat sepupunya. Tapi itupun belum sempat kulakukan.
Muti Aprillia , aku mengingatnya sebagai gadis yang periang. Meski tidak terlalu akrab , Dia adalah teman ‘seperjuanganku’ karena kami selalu satu sekolah dari SD hingga SMU , kendati beda kelas. Gaya bicaranya ceplas ceplos , apa adanya. Dan yang paling kuingat adalah , dia paling nggak suka di panggil Muti , Mut … Mut …katanya kayak semut lah , marmot lah. Dia selalu meminta di panggil April. Keren katanya. Apalagi kemudian Avril Lavigna muncul dengan “I’m with you” nya yang langsung ngetop. Mulailah April protes kalau namanya ditulis dengan huruf ‘P’.
Dan untuk pertama kalinya , setelah lima tahun , aku bertemu lagi dengannya. Waktu itu , aku sedang break dari tempatku bekerja karena sakitku yang bolak balik kambuh dan memutuskan pulang ke kota kelahiranku. Ketika membuka buka album kenangan SMA , aku bertekad akan melacak keberadaan teman teman lamaku.
Target utamaku adalah April , yang rumahnya paling dekat dan kuharap belum pindah. Tak disangka , begitu mudah aku bertemu dengannya. Tapi nyatanya semua sudah banyak berubah. Dia sekarang seorang perawat Dan telah bersuami. Saat itu dia sedang dalam masa cuti setelah melahirkan anak pertamanya. Tubuhnya yang dulu langsing kini tampak subur. Rambut panjangnya yang dulu hitam berkilau kini di potong pendek ala Demi Moore. Hampir aku tidak mengenalinya. Dia sendiri kaget. Dan yang membuatku tertawa , dia bilang , aku masih kelihatan seperti anak ABG , he…3x. sejak itu beberapa kali kami jalan bareng. Sekedar bernostalgia atau menemaninya yang belakangan kutahu keranjingan belanja. Tak ada yang aneh meski Ku perhatikan memang wataknya ikut berubah sebagaimana perubahan fisiknya. Emosinya cepat naik. Kesenggol orang di supermarket , sewot. kelamaan ngantri di kasir , ngomel. Dan ngomelnya itu lho. Kenceng kenceng banget. Sampai sampai semua orang menoleh pada kami. aku jadi jengah. Tapi mau gimana lagi ? padahal April yang ku kenal dulu sangat periang dan humoris. Yang juga membuatku  heran adalah dia dengan mudah meninggalkan bayinya yang masih merah. Ketika ku utarakan keherananku , dia hanya tertawa sumbang.
Suara Dirly , “sampai ke ujung dunia “ melengking dari HP- ku. April.
“ Aci ? “ suaranya mengandung tangis. Aku kaget
“ assalamu’allaikum April , ada apa ? “
“ aku harus ketemu kamu…“
bahkan dia lupa menjawab salamku
“Ada yang mau aku ceritain. Aku sudah nggak tahan lagi… aku … aku … “ kini isakannya jelas terdengar.
Ku tatap sejenak komputerku yang baru saja loading. Duh …
“Aci …..? “
“ oke … oke … tapi kamu harus tenang ya. Sebentar lagi aku sampe rumahmu ..”
“ jangan terlambat … “ suaranya penuh tekanan. Aku jadi sedikit panic.
“ karena kalau kamu terlambat , mungkin kita nggak akan bertemu lagi …..”
Aku tersentak.

(bersambung, nah siapa aja boleh buat cerita selanjutnya,ok?)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages