Selasa, 12 April 2011

(Bukan) Karena Kau Cantik

(bukan) KARENA KAU CANTIK
Oleh Yazmin Aisyah

“kau begitu sempurna Vi, bagaimana mungkin ada lelaki yang menolak dijodohkan denganmu?”

“nyatanya dia menolakku Ra. Katanya aku terlalu cantik”

Aku terdiam. Aneh sekali. Apakah cantik itu salah? Diluar sana ratusan gadis melakukan berbagai perawatan, berlomba lomba ke salon dan spa bahkan operasi plastik hanya untuk satu tujuan. Cantik. Bukankah gadis cantik itu dambaan setiap lelaki? Kalau lelaki itu dijodohkan denganku, pantaslah dia menolak, karena aku…

“padahal aku sungguh sungguh menginginkannya Ra. Dia memiliki semua yang dinginkan perempuan untuk jadi suami. Mapan, sholeh, ah… aku sungguh menginginkannya…”

“tenanglah Vi, akan datang jodohmu kelak. Pada saat yang sudah Dia atur dan insyaallah jauh lebih baik darinya…”
Akhirnya kalimat itu keluar juga dari mulutku.

“entahlah…” suara itu melamun, “entah apakah aku masih punya muka datang ke kantor. Seisi kantor sudah tahu kalau orangtua kita dan orangtuanya sudah menjodohkan aku dengan dia sejak kecil, tapi dia…” Vina berhenti sejenak, “ menolak…”



Percakapan itu masih bergaung di otakku. Vina hanya setahun lebih tua dariku. Ia cantik. Garis garis wajahnya begitu sempurna. Hidung bangir, mata bulat dan alis tebal yang menaunginya, juga dagu membelah yang pasti sangat sedap dipandang mata. Jemariku pernah merabanya, sekaligus memastikan betapa halus kulit wajah itu. belum terhitung tubuhnya yang tinggi semampai, suara halus yang tak pernah berkata kasar. Sebagai wanita, aku yakin dia nyaris sempurna. Sungguh tak masuk akal ada lelaki yang menolak dijodohkan dengannya.

“mau apalagi kamu datang? kamu sudah mempermalukan putri saya…”

Sayup sayup aku mendengar suara Ayah datang dari ruang tamu.

“saya minta maaf pak, tapi saya punya alasan menolak dijodohkan dengan Vina…”

Oh, lelaki itu yang datang. Mau apa dia? Aku menajamkan pendengaran. Menguping sungguh bukan tindakan terpuji, tapi aku harus tahu apa yang membuat lelaki itu menolak kakakku.

“sudah sudah… saya tidak butuh alasanmu. Sebaiknya kamu segera pergi sebelum kesabaran saya habis…”

“tapi saya kesini untuk melamar putri bapak…”

“apa maksudmu? Kamu sudah menolaknya! Jangan mempermainkan keluarga kami…”

Suara Ayah berang. Aku juga ikut gusar, bahkan nyaris berlari keruang tamu. Sudut hatiku masih berbisik, hati hati Ra, jangan sampai kau jatuh

“bukan Vina…”

“lalu?”

“Fara…”

Langkahku terhenti. Kenapa dia menyebut namaku?
“saya ingin melamar Fara…”

Aku tertegun. Didepan sana, Ayah mungkin lebih kaget daripada aku, tersirat dari suaranya yang tiba tiba hilang.

“saya menginginkan calon istri yang masih suci hati dan penglihatannya, terlindung dari noda dunia, dan itu, maaf, bukan Vina. Tapi Fara, justru karena ia tak bisa melihat…”

Bandar Lampung, 7 januari 2011

0 komentar:

Selasa, 12 April 2011

(Bukan) Karena Kau Cantik

(bukan) KARENA KAU CANTIK
Oleh Yazmin Aisyah

“kau begitu sempurna Vi, bagaimana mungkin ada lelaki yang menolak dijodohkan denganmu?”

“nyatanya dia menolakku Ra. Katanya aku terlalu cantik”

Aku terdiam. Aneh sekali. Apakah cantik itu salah? Diluar sana ratusan gadis melakukan berbagai perawatan, berlomba lomba ke salon dan spa bahkan operasi plastik hanya untuk satu tujuan. Cantik. Bukankah gadis cantik itu dambaan setiap lelaki? Kalau lelaki itu dijodohkan denganku, pantaslah dia menolak, karena aku…

“padahal aku sungguh sungguh menginginkannya Ra. Dia memiliki semua yang dinginkan perempuan untuk jadi suami. Mapan, sholeh, ah… aku sungguh menginginkannya…”

“tenanglah Vi, akan datang jodohmu kelak. Pada saat yang sudah Dia atur dan insyaallah jauh lebih baik darinya…”
Akhirnya kalimat itu keluar juga dari mulutku.

“entahlah…” suara itu melamun, “entah apakah aku masih punya muka datang ke kantor. Seisi kantor sudah tahu kalau orangtua kita dan orangtuanya sudah menjodohkan aku dengan dia sejak kecil, tapi dia…” Vina berhenti sejenak, “ menolak…”



Percakapan itu masih bergaung di otakku. Vina hanya setahun lebih tua dariku. Ia cantik. Garis garis wajahnya begitu sempurna. Hidung bangir, mata bulat dan alis tebal yang menaunginya, juga dagu membelah yang pasti sangat sedap dipandang mata. Jemariku pernah merabanya, sekaligus memastikan betapa halus kulit wajah itu. belum terhitung tubuhnya yang tinggi semampai, suara halus yang tak pernah berkata kasar. Sebagai wanita, aku yakin dia nyaris sempurna. Sungguh tak masuk akal ada lelaki yang menolak dijodohkan dengannya.

“mau apalagi kamu datang? kamu sudah mempermalukan putri saya…”

Sayup sayup aku mendengar suara Ayah datang dari ruang tamu.

“saya minta maaf pak, tapi saya punya alasan menolak dijodohkan dengan Vina…”

Oh, lelaki itu yang datang. Mau apa dia? Aku menajamkan pendengaran. Menguping sungguh bukan tindakan terpuji, tapi aku harus tahu apa yang membuat lelaki itu menolak kakakku.

“sudah sudah… saya tidak butuh alasanmu. Sebaiknya kamu segera pergi sebelum kesabaran saya habis…”

“tapi saya kesini untuk melamar putri bapak…”

“apa maksudmu? Kamu sudah menolaknya! Jangan mempermainkan keluarga kami…”

Suara Ayah berang. Aku juga ikut gusar, bahkan nyaris berlari keruang tamu. Sudut hatiku masih berbisik, hati hati Ra, jangan sampai kau jatuh

“bukan Vina…”

“lalu?”

“Fara…”

Langkahku terhenti. Kenapa dia menyebut namaku?
“saya ingin melamar Fara…”

Aku tertegun. Didepan sana, Ayah mungkin lebih kaget daripada aku, tersirat dari suaranya yang tiba tiba hilang.

“saya menginginkan calon istri yang masih suci hati dan penglihatannya, terlindung dari noda dunia, dan itu, maaf, bukan Vina. Tapi Fara, justru karena ia tak bisa melihat…”

Bandar Lampung, 7 januari 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages