Kamis, 21 April 2011

SEMANGAT KARTINI

Bila berbicara semangat emansipasi dan kesetaraan gender maka yang ada dalam benak kita adalah sosok Kartini.

Wanita bernama lengkap Raden Ajeng Kartini yang lahir pada 21 April 1879 di kota Jepara, Jawa Tengah ini memiliki tempat tersendiri di mata masyarakat Indonesia. Ide-ide besarnya telah mampu menggerakkan dan mengilhami perjuangan kaumnya dari kebodohan yang tidak disadari pada masa lalu. Dengan keberanian dan pengorbanan yang tulus, dia mampu menggugah kaumnya dari belenggu diskriminasi.

Perayaan Hari Kartini kerap dijadikan momentum untuk menumbuhkan kesadaran bagi kaum perempuan untuk maju. Di sisi lain, kaum pria lebih menghargai dan memberi kesempatan kepada perempuan untuk menunjukkan kemampuannya. Namun, apakah sosok Kartini hanya membawa semangat emansipasi dan kesetaraan gender saja?

Berikut pendapat Ketua Komnas Perempuan, Yunianti Huzaifah dalam perbincangan dengan okezone, Kamis (20/4/2011).

Bagaimana sosok Kartini menurut Anda?

Beberapa hal yang perlu ditangkap dari sosok Kartini yaitu Pertama, semangat Kartini untuk menentang kemiskinan dan kelompok-kelompok yang tertindas, seperti kita ketahui perempuan saat ini masih banyak yang mengalami kemiskinan secara ekonomi, dan itu cukup tinggi angkanya, kelompok-kelompok marginal juga demikian, kekerasan juga tinggi.

Bagaimana permasalahan perempuan saat ini berdasarkan data Komnas Perempuan?

Berdasarkan Catatan tahunan kekerasan terhadap perempuan (Catahu KtP) yang dikeluarkan Komnas Perempuan Tahun 2010. Setidaknya ada 105.103 kasus kekerasan terhadap perempuan yang ditangani oleh 384 lembaga pengada layanan sepanjang pada tahun 2010. Jumlah terbanyak adalah kasus di ranah personal, yaitu sebanyak lebih dari 96 persen kasus yang ditangani atau 101.128 kasus.

Di ranah publik, Komnas Perempuan mencatat 3.530 kasus. Sisanya, yaitu sebanyak 445 kasus terjadi di ranah negara. Total jumlah yang ditangani tahun 2010 memang lebih sedikit dibandingkan data tahun lalu, yaitu sebanyak 143.586 kasus.

Dari data yang berhasil dihimpun, di ranah personal, kasus kekerasan terhadap istri masih yang paling banyak, yaitu lebih 97 persen atau sebanyak 98.577 kasus dari 101.128 kasus. Selebihnya, terdapat 1.299 kasus kekerasan dalam pacaran dan 600 kasus kekerasan terhadap anak perempuan.

Di ranah publik, hampir setengah atau sebanyak 1.751 dari 3.530 kasus adalah kekerasan seksual, antara lain dalam tindak perkosaan, percobaan perkosaan, pencabulan, dan pelecehan seksual.

Semangat apalagi yang dibawa oleh sosok Kartini selain emansipasi wanita?

Semangat Kartini kedua, yaitu mencoba membangun perdamaian. Walaupun ketika itu dia dijajah dan dan dalam kondisi perang, tetapi Kartini tetap menjalin hubungan dengan kelompok-kelompok feminis dari negeri yang menjajah bangsanya, dia tetap aktif berkampanye, aktif menulis, dan membicarakan kondisi pribumi.

Kartini juga mengajarkan budaya menulis. Bila dikontekskan sekarang perjuangan gerakan perempuan ini harus merentas perdamaian. Di mana di Indonesia saat ini kekerasan antar kelompok dan agama sering meruncing, gerakan perempuan diharapkan dapat berperan dalam menyelesaikan persoalan tersebut.

Ketiga, semangat Kartini yang bisa diambil adalah bagaimana Kartini mencontohkan bahwa dengan perkawinan tidak mengganggu aktivias perjuangannya. Ketika itu Kartini muda melakukan negosiasi dengan calon suami sebelum menikah, di mana ia mendapat beasiswa tetapi memilih menikah asal setelah menikah tetap boleh mendirikan sekolah dan melanjutkan pendidikannya. Dan akhirnya Kartini bisa tetap melanjutkan pendidikannya setelah menikah.

Ini menunjukkan bahwa institusi perkawinan tidak menghalangi perempuan untuk melakukan aktivitasnya. Karena saat ini banyak perempuan yang beranggapan bahwa setelah perkawinan banyak yang tidak bisa beraktivitas lagi.

Keempat, Kartini membumikan agama. Ketika itu, kepada guru agamanya Kartini mengatakan ingin minta mas kawin dalam pernikahannya adalah terjemah surat Al Fatihah. Dari permintaan ini, Kartini berusaha mengajarkan bahwa agama bukan hanya hapalan tetapi makna dasar agama juga harus dihayati. Menurut Kartini agama bukan saja sebuah ritual namun lebih dari itu justru kita harus memahami pesan-pesan mendasar apa yang disampaikan Tuhan kepada umatnya.

Pesan Kartini terakhir, dia meninggal saat melahirkan karena ketika itu pelayanan kesehatan masih sangat kurang. Menurut saya, wanita sehebat apapun kalau tidak dibuat layanan kesehatan yang bagus akan mematikan ibu bangsa. Padahal indiator berhasilnya suatu bangsa dilihat dari tingkat penyelamatan kepada wanita khususnya saat proses persalinan.
»»  READMORE...

RA. KARTINI, Pejuang Emansipasi

Raden Adjeng Kartini adalah seseorang dari kalangan priyayi atau kelas bangsawan Jawa, putri Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, bupati Jepara. Ia adalah putri dari istri pertama, tetapi bukan istri utama. Ibunya bernama M.A. Ngasirah, putri dari Nyai Haji Siti Aminah dan Kyai Haji Madirono, seorang guru agama di Telukawur, Jepara.
Ayah Kartini pada mulanya adalah seorang wedana di Mayong. Peraturan kolonial waktu itu mengharuskan seorang bupati beristerikan seorang bangsawan. Karena M.A. Ngasirah bukanlah bangsawan tinggi, maka ayahnya menikah lagi dengan Raden Adjeng Woerjan (Moerjam), keturunan langsung Raja Madura. Setelah perkawinan itu, maka ayah Kartini diangkat menjadi bupati di Jepara menggantikan kedudukan ayah kandung R.A. Woerjan, R.A.A. Tjitrowikromo.
Kartini adalah anak ke-5 dari 11 bersaudara kandung dan tiri. Dari kesemua saudara sekandung, Kartini adalah anak perempuan tertua. Kakeknya, Pangeran Ario Tjondronegoro IV, diangkat bupati dalam usia 25 tahun. Kakak Kartini, Sosrokartono, adalah seorang yang pintar dalam bidang bahasa. Sampai usia 12 tahun, Kartini diperbolehkan bersekolah di ELS (Europese Lagere School). Di sini antara lain Kartini belajar bahasa Belanda. Tetapi setelah usia 12 tahun, ia harus tinggal di rumah karena sudah bisa dipingit.
Karena Kartini bisa berbahasa Belanda, maka di rumah ia mulai belajar sendiri dan menulis surat kepada teman-teman korespondensi yang berasal dari Belanda. Salah satunya adalah Rosa Abendanon yang banyak mendukungnya. Dari buku-buku, koran, dan majalah Eropa, Kartini tertarik pada kemajuan berpikir perempuan Eropa. Timbul keinginannya untuk memajukan perempuan pribumi, karena ia melihat bahwa perempuan pribumi berada pada status sosial yang rendah.
Kartini banyak membaca surat kabar Semarang De Locomotief yang diasuh Pieter Brooshooft, ia juga menerima leestrommel (paket majalah yang diedarkan toko buku kepada langganan). Di antaranya terdapat majalah kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang cukup berat, juga ada majalah wanita Belanda De Hollandsche Lelie.
Kartini pun kemudian beberapa kali mengirimkan tulisannya dan dimuat di De Hollandsche Lelie. Dari surat-suratnya tampak Kartini membaca apa saja dengan penuh perhatian, sambil membuat catatan-catatan. Kadang-kadang Kartini menyebut salah satu karangan atau mengutip beberapa kalimat. Perhatiannya tidak hanya semata-mata soal emansipasi wanita, tapi juga masalah sosial umum.
Kartini melihat perjuangan wanita agar memperoleh kebebasan, otonomi dan persamaan hukum sebagai bagian dari gerakan yang lebih luas. Di antara buku yang dibaca Kartini sebelum berumur 20, terdapat judul Max Havelaar dan Surat-Surat Cinta karya Multatuli, yang pada November 1901 sudah dibacanya dua kali. Lalu De Stille Kraacht (Kekuatan Gaib) karya Louis Coperus. Kemudian karya Van Eeden yang bermutu tinggi, karya Augusta de Witt yang sedang-sedang saja, roman-feminis karya Nyonya Goekoop de-Jong Van Beek dan sebuah roman anti-perang karangan Berta Von Suttner, Die Waffen Nieder (Letakkan Senjata). Semuanya berbahasa Belanda.
Makam R.A. Kartini di Bulu, Rembang.
Oleh orangtuanya, Kartini disuruh menikah dengan bupati Rembang, K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, yang sudah pernah memiliki tiga istri. Kartini menikah pada tanggal 12 November 1903. Suaminya mengerti keinginan Kartini dan Kartini diberi kebebasan dan didukung mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang, atau di sebuah bangunan yang kini digunakan sebagai Gedung Pramuka. Anak pertama dan sekaligus terakhirnya, RM Soesalit, lahir pada tanggal 13 September 1904. Beberapa hari kemudian, 17 September 1904, Kartini meninggal pada usia 25 tahun. Kartini dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang.
Kartinischool (1918)
Berkat kegigihannya Kartini, kemudian didirikan Sekolah Wanita oleh Yayasan Kartini di Semarang pada 1912, dan kemudian di Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainnya. Nama sekolah tersebut adalah “Sekolah Kartini”. Yayasan Kartini ini didirikan oleh keluarga Van Deventer, seorang tokoh Politik Etis.
Presiden Soekarno mengeluarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No.108 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964, yang menetapkan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional sekaligus menetapkan hari lahir Kartini, tanggal 21 April, untuk diperingati setiap tahun sebagai hari besar yang kemudian dikenal sebagai Hari Kartini.
»»  READMORE...

PENGUMUMAN PEMENANG "AUDISI CERPEN PERNIKAHAN DINI "

Bismilahirrohmanirrohim

Setelah melewati hari-hari yang melelahkan, tanpa berpanjang kata (karena teman semua sudah cukup di buat deg2 an oleh rekan saya Tri Lego Indah, hehehe...), inilah nama pemenang AUDISI MENULIS CERPEN PERNIKAHAN DINI :

Juara 1 : Cincin Kawin - Happy Rose
Juara 2 : Gerobak Cinta - Yurmawita Adismal
Juara 3 : Dua Raksasa - Fadila Hanum

kepada para juara di harap menginbox nama lengkap, alamat dan nomor rekeningnya.
dan inilah ke -18 kontributor yang bersama-sama dengan tiga pemenang di atas menjadi kontributor yang naskahnya insyaallah akan di bukukan :

1. Kutukan Adat - Setiawan Chogah
2. Ternyata Ini Yang Kuinginkan - Yayu Destiani
3. Flyover Rhapsody - Skylaster Maryam
4. Hati Wanita Bermata Mutiara - Yadhi Rusmiadhi Jashar
5. Perjodohan Kontrak - Ally Jane Parker
6. Berdua Melukis Mimpi - Weni Wahyuni
7. Tuhan, Izinkan Kami Melihat Surga - Nuyuii Selalu
8. Mempelai Putih - El Eyra
9. Hitam - Rafif Amir Afnaf
10. Cinta Itu Melamarku - Lina Lidya
11. Mahar Suciku Lima Puisi - Syarif Hidayatullah
12. Sebuah Nazar - Nih Nurul Sebatangkara
13. Marina, Kamboja Itu Indah - Endang Ssn
14. Mahar - Syari Vaqoth
15. Menanti Pernikhan Ketujuh - Itsuki Nurmani
16. Surat Bergambar Pengantin Dini - Lara Ahmad
17. Saat Hujan Turun - Oci Ym
18. Anakku Tiara - Ahmad Ijazi

Selamat pada semua kontributor. bagi teman2 yang belum beruntung jangan patah semngat ya, masih banyak event lain yang menunggu kreativitas kalian.
kepada para kontributor di harap segera mengirim biodata narasi ke inbox fb saya max. 100 kata (termasuk nama yang ingin di cantumkan) , juga memasang cover novel Dewi Hastuti berjudul Namaku Hartini selama TIGA HARI mulai tanggal 22 april-24 april 2011.


Selain itu juga kami ucapkan terimakasih pada Mbak Syamsa Hawa yang telah bersedia meluangkan waktunya menjadi juri event kecil ini.

Akhir kata, sampai bertemu di event selanjutnya!
Semangat Menulis!

Salam
Penyelenggara : Dewi Hastuti
Panitia : Yazmin Aisyah + Tri Lego Indah
»»  READMORE...

Rabu, 20 April 2011

MENGHITUNG BINTANG


Kado kecil bwt Bintang, putra tercinta mb Yully Riswati :


“Jangan terus mendongak ke langit! Nanti sakit lehermu.”
“Aku sedang menghitung bintang.”
Ia tertawa, di raihnya daguku, memaksaku menatapnya.
“Kau tak kan mampu. Biarkan mereka ada di langit tanpa seorangpun tahu jumlahnya. “
“Tidak!” aku berkeras. “Aku akan tetap menghitung bintang ini dan mencoba bicara padanya. Dia akan mendengar!” aku memalingkan wajah, tak ingin melihat raut prihatin dari mata itu.
“Dia katamu? Dia tak kan mendengar. Mana mungkin? Dia sudah membohongimu Luna. Sudah berapa lama dia tak kembali dan sampai berapa lama lagi kau harus menunggunya?”
Aku menggeleng, lelah. Bicara padanya sungguh terasa melelahkan.
“Sudah kubilang, ia akan merasakannya setiap kali aku rindu dan bicara pada bintang…” suaraku lirih, tak berharap ia mendengar karena sudah puluhan kali kalimat itu kulontarkan.
“Luna, kau sungguh naïf. Lupakan dia dan lanjutkan hidupmu!”
Aku terdiam. Kenapa ia tak mau mengerti aku?
“Luna…”
“Pergilah, kau membuatku harus menghitung dari awal.” Aku mendorong bahunya halus. Rainy menatapku lekat. Ada kabut di matanya yang siap luruh. Selalu begitu setiap kali ia melihatku menghitung bintang.
Aku menutup pintu, menguncinya sekaligus ketika tubuh Rainy sudah melewati ambang pintu. Aku kembali ke balkon kamarku, tak peduli malam telah begitu larut. Namun bukankah bintang akan semakin ramai ketika malam kian menua?
Aku tersenyum dan mulai menghitung lagi.
Satu… dua… tiga…
***
“Aku akan segera kembali Luna. Lalu kita akan menghitung bintang bersama.”
“Sungguh?”
Dia mengangguk.
“Aku pergi juga demi dirimu, masa depan kita. Bersabarlah…”
Airmataku mulai luruh, tak pernah terbayang berpisah dengannya. Langitku. Matahariku, Awanku…
“Jika kau merindukanku, bicaralah pada bintang yang paling terang, maka aku akan merasakannya.”
Lalu dia pergi. Hari-hari kuhabiskan bersama canda bintang-bintang yang seperti tak lelah bermunculan dan mengacaukan hitunganku. Hingga waktu berloncatan menjelma hitungan tahun.
“Langit sudah menikahi lagi di negeri seberang. Dia sudah melupakanmu.” Suara Rainy yang selalu tanpa basa-basi menyilet dinding hatiku.
Aku tertawa. Kabar itu tak dapat dipercaya. Langit tak begitu. Tak kan pernah membiarkan awan menjelma dalam hatiku, lalu berubah rinai. Bahkan hingga bertahun-tahun kemudian dia tetap tak datang, aku masih setia menghitung bintang.
Dan kini, sudah berapa lamakah waktu tak mengembalikan sosoknya padaku? Aku beralih ke hadapan cermin, menatapnya lekat dan pada akhirnya tertunduk oleh sorot mataku sendiri. Aku mendesah, memutuskan untuk menyingkirkan seluruh cermin dan kalender dari kamarku. Tak perlu menghitung waktu dan melihat garis usia karena aku yakin dia akan datang.
“Luna, ada tamu!” suara Rainy di luar pintu terdengar bergetar. Aku mengerutkan kening. Tamu untukku tengah malam begini?
Seraut wajah tampan menungguku di ruang tamu. Aku tertegun. Langit!
“Kau pulang?”
Suaraku bergetar. Persis suara Rainy tadi. Sosok ini jugakah penyebabnya? Aku mengerjabkan mata menatap wajah itu. teduh matanya yang serupa telaga, rambut ombaknya yang hitam lebat, tubuh tinggi tegapnya… tanpa sadar, aku beringsut menghampirinya. Betapa ingin aku memeluk dia, langitku!
“Maaf Ibu Luna, saya bukan Langit, tapi saya putranya. Saya kemari menyampaikan pesan Ayah.”
Aku tertegun. Sayup kudengar sehela nafas yang kuyakini milik Rainy dari balik tembok. Bukan tangis, tapi suara itu menyadarkanku untuk mencerna kata-kata yang dilontarkan pemuda di hadapanku. Perlahan, aku menghela tubuhku ke hadapan cermin besar di sudut ruang, menekuri sesosok tubuh renta dengan kulit keriput dan rambut yang sebagian memutih.
 “Tetaplah mengitung bintang sampai aku kembali Luna. Dan jika aku tak juga kembali biarkan bintang lain datang karena kaulah ratu mereka, Luna, rembulanku…”

Bandar Lampung, 19 april 2011
Terinspirasi dari lagu “Bicara Pada Bintang- nya Rossa, hehehe…”



»»  READMORE...

Selasa, 19 April 2011

LOMBA FLASH TRUE STORY (FTS): IMPIANKU MENJADI PENULIS ...

Syarat  dan ketentuan:
  1. Lomba ini terbuka untuk umum di seluruh Indonesia dan luar negeri, tanpa batasan usia, jenis kelamin, pendidikan, dll.
  2. Bersifat perorangan, masing-masing peserta hanya boleh mengirim 1 tulisan.
  3. Maksimal 200 kata.
  4. Tema: Impianku Menjadi Penulis …
  5. Ditulis dalam note FB-nya dan biodata singkat maksimal 75 kata ditulis di bagian bawah tulisannya. Serta WAJIB mentag bersama informasi ini minimal kepada 20 orang teman.
  6. WAJIB mentag note FB-nya ke FB Joni Lis Efendi (jika belum berteman silakan di-add).
  7. Naskah diterima panitia selambat-lambatnya pada tanggal 30 April 2011 pukul 23.59 WIB.
  8. Dewan juri akan menetapkan 5 ORANG PEMENANG, yang berhak mendapatkan BEASISWA Sekolah Menulis Cerpen Online (SMCO) senilai @Rp 150 ribu; belajar gratis menulis cerpen online selama 2 bulan, dapat sertifikat dan kartu anggota Writing Revolution (WR), berhak ikutan LOMBA CERPEN REMAJA 2011 dan proyek buku antologi WR serta berbagai lomba khusus warga WR lainnya.
  9. Info lengkap Sekolah Menulis Cerpen Online (SMCO) klik: www.menulisdahsyat.blogspot.com atau www.writing-revolution.com
  10. Keputusan Dewan Juri tidak dapat diganggu gugat.
»»  READMORE...

Senin, 18 April 2011

ANTOLOGI PERTAMAKU : Sebuah Episode Pengamen

Telah terbit di LeutikaPrio!!!

Judul : Wujudkan Mimpimu: Sebuah Episode Pengamen
Penulis : Ceko & Pemenang Lomba FF Pengamen Cinta
Tebal : viii + 165 hlm
ISBN : 978-602-9079-54-8
Harga : Rp 38.700,-

Sinopsis :

Hingga kini, terwujud sudah antologi flash fiction: “Wujudkan Mimpimu: Sebuah Episode Pengamen” yang berisi 50 karya penulis terpilih. Plus sebuah flash fiction yang diadaptasi dari cerita pementasan teater “Wujudkan Mimpimu” yang diperankan oleh Anak-anak Komunitas Tol Pasteur di bawah naungan Ubuntu Theatre Organization, ‘mainteater’, dan Yayasan Bahtera.

Barisan huruf, rangkaian kata, dan kalimat dalam buku ini seolah bukan hanya bentuk visual bacaan inspiratif, namun akan terasa berubah menjadi audio berbentuk rangkaian nada-nada mayor-minor. Seperti saat mendengarkan para musisi jalanan menjual suaranya, apakah akan kita dengarkan atau abaikan begitu saja?

“Buku yang inspiratif dan humanis. Kisahnya pendek-pendek, namun menghentak, menghunjam rasa kemanusiaan, membangun empati pada orang-orang yang terpinggirkan, sekaligus pembangkit semangat. Bahwa harapan itu selalu ada. Layak dibaca oleh para pejuang kehidupan.”
(Tethy Ezokanzo, penulis lebih dari 25 buku)

Ps : Buku ini sudah bisa dipesan sekarang via website www.leutikaprio.com, inbox Fb dengan subjek PESAN BUKU, atau SMS ke 0821 38 388 988. Untuk pembelian minimal Rp 90.000,- GRATIS ONGKIR seluruh Indonesia. Met Order,all!!
»»  READMORE...

Ikuti KUMCERKU di LeutikaPrio!

Ada belasan file cerpen bertebaran di laptopmu. Ada setumpuk kertas berisi cerpen-cerpen jadul yang hanya kalian tulis, baca dan simpan. Apa kalian suka bertukar cerpen dengan kawan-kawan lain yang juga hobi menulis? Kenapa nggak bikin antologi aja?  So, Leutika mengajak kalian yang punya karya untuk ikutan event “Kumcerku di LeutikaPRIO”.

Ketentuan :
1. Add akun Fb Leutika Prio bagi yang belum menjadi teman Fb (wajib)
2. KumCer bertema bebas.

3. Isi naskah tidak mengandung SARA, pornografi, dan belum pernah diterbitkan oleh pihak lain (baik secara massal maupun online).
4. Persyaratan halaman:
 Satu naskah terdiri dari minimal 10 cerpen,dengan perkiraan hal masing-masing cerpen 3-4 halaman A4 spasi 1 ½ Times New Roman 12.
10 Cerpen tersebut bisa ditulis oleh MAKSIMAL 5 orang. Jadi tidak harus 1 orang, kok :)

5. Kirim karyamu ke leutikaprio@hotmail.com dengan subjek “KumCerku di LeutikaPRIO”. Lengkapi juga dengan:
a. Sinopsis
b. Biodata (Nama asli, nama pena, tempat tanggal lahir, alamat sesuai KTP, alamat surat, email, alamat fb, no telp/HP yang bisa dihubungi, dan no rekening yang masih aktif)

Jika naskah adalah tulisan lebih dari 1 orang, tetap sertakan biodata seluruh penulis.

Seluruh data tersebut bisa dijadikan dalam satu file : Sinopsis dan Biodata.

6. Mohon untuk meng-attach file dan tidak menaruhnya di badan email. Setiap karya yang dikirim ke selain email di atas, tidak kami data dan kami anggap tidak sah.

7. Setiap peserta hanya boleh mengirimkan satu naskah terbaiknya. Ketentuan ini juga berlaku bagi penulis “keroyokan”, hanya boleh menulis untuk 1 judul buku.

8. Posting gambar event & materi lomba di FB masing2. Tag minimal 25 orang. Anda tidak perlu men-tag Leutika.

Hadiah:
Leutika akan memilih 5 (lima) karya terbaik untuk diterbitkan secara GRATIS di LeutikaPRIO dengan paket penerbitan senilai total Rp 2.500.000,-. Pemenang juga mendapatkan 1 eks hasil buku jadi, dan royalti dari penjualan buku.
Selain itu pemenang akan mendapat Paket Buku gratis dari Leutika (judul tidak bisa memilih).
Hadiah buku akan dikirim langsung ke alamat pemenang.

Deadline: 
31 Mei 2011 jam 12 malam. (Jangan mepet2 deadline ya :)

Pengumuman Pemenang:
6 Juni 2011 jam 12 siang  di website Leutika, LeutikaPrio dan seluruh FB Leutika group.
»»  READMORE...

LMCR-2011 ROHTO-MENTHOLATUM GOLDEN AWARD ke 6 tahun 2011

Lomba Menulis Fiksi Paling Bergengsi
LMCR
KEMBALI MENGUNDANG ANDA UNTUK BERPRESTASI
Raih Hadiah Total Rp 95 Juta

Syarat-Syarat Lomba
  1. Lomba ini terbuka untuk pelajar SLTP (Kategori A), SLTA (Kategori B)  dan Mahasiswa/Guru/Umum (Kategori C)  dari seluruh Indonesia atau mereka yang sedang studi/bertugas di luar negeri
  2. Lomba dibuka  21 April 2011 dan ditutup 21 September 2011 (stempel pos)
  3. Tema Cerita: Dunia remaja dan segala aspek serta aneka rona kehidupannya (cinta, kebahagiaan, kepedihan, kekecewaan,  harapan, kegagalan, cita-cita, persahabatan, pengalaman unik, petulangan  maupun perjuangan hidup)
  4. Judul bebas, tetapi mengacu pada tema Butir 3
  5. Setiap peserta boleh mengirimkan lebih dari satu judul. Judul boleh menggunakan bahasa asing
  6. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia yang baik, benar dan indah (literer). Bahasa daerah, bahasa prokem, bahasa gaul dan bahasa asing boleh digunakan untuk dialog (bukan narasi)
  7. Naskah yang dilombakan harus asli, bukan jiplakan dan belum pernah dipublikasikan
  8. Ketentuan naskah:
  1. Ditulis di atas kertas ukuran kuarto atau A-4, ditik berjarak spasi 1,5 spasi, huruf 12 font Times New Roman, margin kiri-kanan rata maksimal 3Cm
  2. Panjang naskah 6 (enam) – 10 (sepuluh) halaman, diprint 3 (tiga) rangkap (copy) disertai file dalam CD
  3. Naskah disertai sinopsis, biodata singkat pengarang dan foto dalam pose bebas ukuran postcard. Lampiran lainnya: Fotocopy KTP/SIM atau Kartu Pelajar/Mahasiswa  dan Kartu Keluarga (pilih salah satu)
  4. Setiap judul naskah yang dilombakan wajib dilampiri 1 (satu) kemasan LIP ICE jenis atau saja atau segel SELSUN jenis apa saja
  5. Naskah yang dilombakan beserta lampirannya dimasukkan ke dalam amplop tertutup, cantumkan tulisan PESERTA LMCR-2011 sesuai dengan kategorinya pada bagian kanan atas amplop
  6. Naskah dan persyaratan (Butir e) dikirim ke alamat:
Panitia LMCR-2011 ROHTO-MENTHOLATUM  GOLDEN AWARD
Jalan Gunung Pancar No.25 Bukit Golf Hijau, Sentul City
Bogor 16810 – Jawa Barat
  1. Hasil lomba diumumkan  15 Oktober 2011 melalui website: www.rayakultura.net dan www.rohto.co.id
  2. Keputusan Dewan Juri bersifat final dan mengikat
  3. Naskah yang masuk ke Kotak Pos  Panitia LMCR-2011 menjadi milik PT ROHTO, hak cipta milik pengarangnya
  4. Informasi lebih lanjut silakan e-mail ke: lmcr.kelima@gmail.com
Hasil Lomba dan Hadiah Untuk Para Pemenang
Pajak hadiah para pemenang ditanggung PT ROHTO Laboratories Indonesia

Kategori A (Pelajar SLTP)
  • Pemenang I  – Uang Tunai Rp 4.000.000,- + ROHTO-MENTHOLATUM GOLDEN AWARD
  • Pemenang II  – Uang Tunai Rp 3.000.000,- + Piagam ROHTO-MENTHOLATUM
  • Pemenang III – Uang Tunai Rp 2.000.000,- + Piagam ROHTO-MENTHOLATUM
  • 5 (lima) Pemenang Harapan masing-masing mendapat Uang Tunai Rp 1.000.000,- + Piagam ROHTO-MENTHOLATUM
  • 10 (sepuluh) Pemenang Harapan masing-masing mendapat Bingkisan dari PT ROHTO + Piagam ROHTO-MENTHOLATUM
  • 15 (lima belas) Pemenang Karya Favorit masing-masing mendapat Piagam ROHTO-MENTHOLATUM
  • Sekolah Pemenang I, II dan III berhak mendapat 1 (satu) Unit TV
Kategori B (Pelajar SLTA)
  • Pemenang I – Uang Tunai Rp 5.000.000,- + ROHTO-MENTHOLATUM GOLDEN AWARD
  • Pemenang II – Uang Tunai  Rp 4.000.000,- + Piagam ROHTO-MENTHOLATUM
  • Pemenang III – Uang Tunai Rp 3.000.000,-  + Piagam ROHTO-MENTHOLATUM
  • 5 (lima) Pemenang Harapan masing-masing mendapat Uang Tunai  Rp 1.000.000,- + Piagam ROHTO-MENTHOLATUM
  • 15 (lima belas) Pemenang Harapan masing-masing mendapat Bingkisan dari PT ROHTO + Piagam ROHTO-MENTHOLATUM
  • 50 (lima puluh) Pemenang Karya Favorit masing-masing mendapat Piagam ROHTO-MENTHOLATUM
  • Sekolah Pemenang I, II dan III berhak mendapat 1(satu) Unit TV
Kategori C (Mahasiswa/Guru/Umum)
  • Pemenang I – Uang Tunai  Rp 7.000.000,- + ROHTO-MENTHOLATUM GOLDEN AWARD
  • Pemenang II – Uang Tunai Rp 6.000.000,- + Piagam ROHTO-MENTHOLATUM
  • Pemenang III – Uang Tunai Rp 4.000.000,- + Piagam ROHTO-MENTHOLATUM
  • 5 (lima) Pemenang Harapan Utama masing-masing mendapat Uang Tunai Rp 1.500.000,- + Piagam ROHTO-MENTHOLATUM
  • 20 (dua puluh)  Pemenang Harapan masing-masing mendapat Bingkisan dariPT ROHTO + Piagam ROHTO-MENTHOLATUM
  • 200 (dua ratus) Pemenang Karya Favorit masing-masing mendapat Piagam ROHTO-MENTHOLATUM
Seluruh pemenang mendapat Antologi LMCR-2011 dan Buku TELAGA INSPIRASI MENULIS FIKSI karya Naning Pranoto
»»  READMORE...

Kamis, 14 April 2011

ENGKAULAH WANITA PALING MULIA


WAHAI SAUDARIKU…
Seorang muslimah yang shalehah adalah yang selalu bersikap baik kepada suaminya dan selalu mentaatinya setelah ketaatannya kepada ALLAH. Rasulullah Saw memuji wanita seperti ini dan menjadikannya wanita ideal yang harus dipilih oleh lelaki. Ketika seorang sahabat bertanya, “istri yang bagaimanakah yang paling baik?” Rasululah menjawab, “istri yang menyenangkan jika suaminya melihatnya, yang taat jika suaminya memerintahnya, dan yang tidak membantahnya dan tidakmembelanjakan harta suaminyauntuk halhal yang tidak disukai suaminya.
Rasululah juga pernah mengabarkan, bahwa masuknya seorang wanita ke dalam surge adalah tergantung keridhaan suaminya. Ummi salamah.r .a. meriwayatkan: Rasululah Saw bersabda,” siapapun wanita yang meninggal dunia dan suaminya meridhainya, maka ia akan masuk surga..”
Ada satu nasehat bagus yang diwariskan seorang wanita Arab, yaitu nasihat Umamah binti Harits kepada putrinya, Ummu Iyas binti Auf pada malam pernikahannya:
·         Seorang istri harus mematuhi suaminya dengan penuh ketulusan dan memperhatikan perintahnya dengan penuh ketaatan <selama perintah itu tidak menentang syariat agama>
·         Seorang istri hendaklah memelihara kebersihan bagian bagian tubuhnya yang selalu menjadi tujuan hidung dan mata suami. Jangan sampai ia melihat sesuatu yang tidak menyenangkan pada dirimu dan agar ia selalu mencium aroma wangi dari tubuhmu
·         Seorang istri hendaklah selalu memperhatikan waktu makan dan waktu tidur suaminya. Karena rasa lapar membuatnya garang dan kurang tidur membuatnya mudah marah
·          Seorang istri hendaklah menjaga harta suaminya, memelihara kehormatanya dan keluarganya,mengatur keuangan rumah tangga yang baik dan merawat anak anak dengan penuh cinta.
·         Jangan pernah menentang perintahnya , menyebarkan aib atau rahasianya
·         Jangan tampakkan wajah ceria dihadapannya ketikaia sedang bersedih dan jangan pulatampakan wajah sedih saat ia sedang bahagia

Semoga kita semua bias menjadi wanita mulia itu. Dan semoga kita mendapat pendamping hidup lelaki yang soleh dan TIDAK PERNAH mengajak kita berbuat maksiat. Karena meski setiap perintah suami wajib dituruti, perintah dan ajakan untuk berbuat maksiat kepada ALLAH tetaplah harus kita tolak. Karena ketaatan kita yang pertama adalah kepada ALAH SWT.

<Dr.Aidh Abdulah Al-Qarni, La TahzanFor Smart Muslimah. Dengan sedikit perubahan dan tambahan>
»»  READMORE...

Rabu, 13 April 2011

SANG KOMANDAN

Oleh Yazmin Aisyah

Bunda, siapakah yang disebut pahlawan itu?
Apakah hanya dia yang  tercantum dalam buku sejarah nan kelam?
Yang wanginya terus melati, makamnya selalu diziarahi
Namanya abadi dalam gedung tinggi,
Dan sekian ratus meter aspal menghitam

Bunda, aku punya beberapa puluh wanita dan pria yang mulia
Mendidikku dari tak bisa membaca sampai pandai merangkai kata
Mereka disebut dalam lagu sebagai pahlawan tanpa tanda dan jasa
Kau dan aku setuju kan Bunda?
Karena ilmu yang mereka berikan tak pernah hilang meski termakan usia

Bunda, tapi aku tak mengerti
Bagaimana dengan Sumiati, Kikim Komalasari
Dan entah berapa ribu lagi TKI yang terlukai
Bukankah merekapun pahlawan negeri?
Yang tak tersadari, mengais rezeki ditengah manusia tak bernurani
Padahal negeri ini, kaya tak terperi

Oh Bunda, aku semakin tak mengerti
Benarkah predikat pahlawan itu bergengsi?
Mengapa anak cucu bahkan istrinya sering masuk televisi?
Bukan untuk menerima upeti
Tapi karena harus terusir dari rumah yang berpuluh tahun didiami

Bunda, Bolehkah aku terus mencari?
Menyelami arti dari semua istilah yang membingungkan ini
Karena bagiku sejak dulu hingga kini
Hanya engkau pahlawan sejati
Yang tak pernah lelah mengabdi pada semua yang kau cintai
Padahal kau tahu betapa bebalnya kami
Tapi senyummu tak pernah habis terlukisi

Bunda, jika nanti kutemukan
Aku ingin menulis buku dan menerbitkan
Mereka yang kuanggap pahlawan
Dan namamu…
Kuletakkan dihalaman depan
Karena bagiku, kau lah komandan para pahlawan  

Dedicate to My Mom

»»  READMORE...

HITAM PUTIH

Putih, bersih, suci.
Gaun pengantin putih itu tergeletak diranjangku. Menerorku dengan kesuciannya.
Aku tak pantas memakainya. Bukan aku. Bukan orang orang hitam sepertiku. Karena warna yang tercipta akan sangat kontras, tak pantas.  Bagaimana mungkin dia, sang malaikat yang menguarkan aura putih itu memintaku mengenakan gaun yang hanya pantas dipakai oleh bidadari saja. Padahal hitamku jelas terlukis. Ia tahu.
“aku pahami jalan hidupmu sebagai garis takdir. Hitam itu hanya warna. Izinkan aku berusaha mengembalikan dirimu kembali bidadari, putih meski sedikit demi sedikit…”
Itu yang dikatakannya, mengapa tekadnya begitu kuat? Tak takutkah ia jika putihnya ternoda? Dia tak kan mendapatkan apapun dariku selain rasa kecewa. Bahkan mungkin… kehancuran.
Aku membuka sedikit pintu kamar, mengintip kesibukan dari celah pintu. Orang orang lalu lalang mempersiapkan pernikahanku. Ohh…pernikahanku tinggal menunggu hitungan jam saja. Bagaimana ini?
Pintu kamarku diketuk. Ibu masuk dan menatapku dalam dalam.
“jangan khawatirkan apapun. Bukankah dia telah menerimamu apa adanya? Dia tahu semua tentangmu dan jika ia masih ingin menikahimu, itu adalah karunia dari Allah. Hadiah atas pertobatanmu..”
ibu mengelus kepalaku pelan. Penuh sayang. Namun sedetikpun aku tak berani menatap mata beningnya. Bu, semoga tidak kau lihat luka yang masih harus kusembunyikan. Luka yang menggores hampir seluruh tubuh hitamku. Tak mungkin kubuka karena itu akan membuatmu berduka.
“tidurlah. Besok pagi pagi kau harus sudah bangun. Lihat, gaun itu menantimu…”
Ia tersenyum sambil menunjuk gaun putih itu. hatiku berdesir.
Putih.
Ohh… betapa takutnya aku akan warna itu. karena ia ‘musuhku’
Ibu berlalu, menutup pintu kamar, meninggalkanku dalam senyap. Kamar ini, esok akan menjadi kamar pengantin. Nuansa putih - ohh…lagi lagi putih – yang mendominasi dekorasi membuatku mulai gemetar.
Aku menerima pinangan laki laki itu karena tahu betapa ingin Ibu melihatku menikah. Laki laki putih itu, mungkin adalah pilihan terbaik bagi gadis manapun. Kecuali aku. Aku tak kuasa menolak saat melihat mata ibu yang memohon. Padahal hatiku gamang. Ia putih. Aku hitam. Bagaimana mungkin bisa disatukan?
Dan kini, aku berada dipersimpangan. Masih ada beberapa jam lagi untuk membuat keputusan. Menikahinya berarti menghancurkan hidupnya. Membatalkan pernikahan sama saja mnghancurkan hati Ibu. Mana yang harus kupilih?
Aku memejamkan mata. Namun siluet itu kembali membayang. Obat obatan laknat, jarum suntik, tes darah..
HIV
Aku tersentak. Bagaimana mungkin aku melakukan ini? Bagaiamana mungkin aku menodainya putihnya dengan hitamku? membiarkannya berubah warna menjadi kelabu. Warna yang suram, tak hidup, tak enak dipandang mata. Bahkan bagiku ia bukan warna.
Dan jika nantinya ia menyiramiku, berarti tunas yang akan tumbuhpun semua akan kelabu, layu…
Itu tak boleh terjadi…
Dan sejam kemudian, disinilah aku. Mengemas gerimis sendiri. Mencoba berdamai dengan hati. Tak kan kubiarkan putih malaikat itu ternoda oleh hitamku.
Ibu, maafkan aku. Kuharap, suatu saat nanti kau akan tahu dengan caramu. Kau pasti mengerti.

»»  READMORE...

Kamis, 21 April 2011

SEMANGAT KARTINI

Bila berbicara semangat emansipasi dan kesetaraan gender maka yang ada dalam benak kita adalah sosok Kartini.

Wanita bernama lengkap Raden Ajeng Kartini yang lahir pada 21 April 1879 di kota Jepara, Jawa Tengah ini memiliki tempat tersendiri di mata masyarakat Indonesia. Ide-ide besarnya telah mampu menggerakkan dan mengilhami perjuangan kaumnya dari kebodohan yang tidak disadari pada masa lalu. Dengan keberanian dan pengorbanan yang tulus, dia mampu menggugah kaumnya dari belenggu diskriminasi.

Perayaan Hari Kartini kerap dijadikan momentum untuk menumbuhkan kesadaran bagi kaum perempuan untuk maju. Di sisi lain, kaum pria lebih menghargai dan memberi kesempatan kepada perempuan untuk menunjukkan kemampuannya. Namun, apakah sosok Kartini hanya membawa semangat emansipasi dan kesetaraan gender saja?

Berikut pendapat Ketua Komnas Perempuan, Yunianti Huzaifah dalam perbincangan dengan okezone, Kamis (20/4/2011).

Bagaimana sosok Kartini menurut Anda?

Beberapa hal yang perlu ditangkap dari sosok Kartini yaitu Pertama, semangat Kartini untuk menentang kemiskinan dan kelompok-kelompok yang tertindas, seperti kita ketahui perempuan saat ini masih banyak yang mengalami kemiskinan secara ekonomi, dan itu cukup tinggi angkanya, kelompok-kelompok marginal juga demikian, kekerasan juga tinggi.

Bagaimana permasalahan perempuan saat ini berdasarkan data Komnas Perempuan?

Berdasarkan Catatan tahunan kekerasan terhadap perempuan (Catahu KtP) yang dikeluarkan Komnas Perempuan Tahun 2010. Setidaknya ada 105.103 kasus kekerasan terhadap perempuan yang ditangani oleh 384 lembaga pengada layanan sepanjang pada tahun 2010. Jumlah terbanyak adalah kasus di ranah personal, yaitu sebanyak lebih dari 96 persen kasus yang ditangani atau 101.128 kasus.

Di ranah publik, Komnas Perempuan mencatat 3.530 kasus. Sisanya, yaitu sebanyak 445 kasus terjadi di ranah negara. Total jumlah yang ditangani tahun 2010 memang lebih sedikit dibandingkan data tahun lalu, yaitu sebanyak 143.586 kasus.

Dari data yang berhasil dihimpun, di ranah personal, kasus kekerasan terhadap istri masih yang paling banyak, yaitu lebih 97 persen atau sebanyak 98.577 kasus dari 101.128 kasus. Selebihnya, terdapat 1.299 kasus kekerasan dalam pacaran dan 600 kasus kekerasan terhadap anak perempuan.

Di ranah publik, hampir setengah atau sebanyak 1.751 dari 3.530 kasus adalah kekerasan seksual, antara lain dalam tindak perkosaan, percobaan perkosaan, pencabulan, dan pelecehan seksual.

Semangat apalagi yang dibawa oleh sosok Kartini selain emansipasi wanita?

Semangat Kartini kedua, yaitu mencoba membangun perdamaian. Walaupun ketika itu dia dijajah dan dan dalam kondisi perang, tetapi Kartini tetap menjalin hubungan dengan kelompok-kelompok feminis dari negeri yang menjajah bangsanya, dia tetap aktif berkampanye, aktif menulis, dan membicarakan kondisi pribumi.

Kartini juga mengajarkan budaya menulis. Bila dikontekskan sekarang perjuangan gerakan perempuan ini harus merentas perdamaian. Di mana di Indonesia saat ini kekerasan antar kelompok dan agama sering meruncing, gerakan perempuan diharapkan dapat berperan dalam menyelesaikan persoalan tersebut.

Ketiga, semangat Kartini yang bisa diambil adalah bagaimana Kartini mencontohkan bahwa dengan perkawinan tidak mengganggu aktivias perjuangannya. Ketika itu Kartini muda melakukan negosiasi dengan calon suami sebelum menikah, di mana ia mendapat beasiswa tetapi memilih menikah asal setelah menikah tetap boleh mendirikan sekolah dan melanjutkan pendidikannya. Dan akhirnya Kartini bisa tetap melanjutkan pendidikannya setelah menikah.

Ini menunjukkan bahwa institusi perkawinan tidak menghalangi perempuan untuk melakukan aktivitasnya. Karena saat ini banyak perempuan yang beranggapan bahwa setelah perkawinan banyak yang tidak bisa beraktivitas lagi.

Keempat, Kartini membumikan agama. Ketika itu, kepada guru agamanya Kartini mengatakan ingin minta mas kawin dalam pernikahannya adalah terjemah surat Al Fatihah. Dari permintaan ini, Kartini berusaha mengajarkan bahwa agama bukan hanya hapalan tetapi makna dasar agama juga harus dihayati. Menurut Kartini agama bukan saja sebuah ritual namun lebih dari itu justru kita harus memahami pesan-pesan mendasar apa yang disampaikan Tuhan kepada umatnya.

Pesan Kartini terakhir, dia meninggal saat melahirkan karena ketika itu pelayanan kesehatan masih sangat kurang. Menurut saya, wanita sehebat apapun kalau tidak dibuat layanan kesehatan yang bagus akan mematikan ibu bangsa. Padahal indiator berhasilnya suatu bangsa dilihat dari tingkat penyelamatan kepada wanita khususnya saat proses persalinan.

RA. KARTINI, Pejuang Emansipasi

Raden Adjeng Kartini adalah seseorang dari kalangan priyayi atau kelas bangsawan Jawa, putri Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, bupati Jepara. Ia adalah putri dari istri pertama, tetapi bukan istri utama. Ibunya bernama M.A. Ngasirah, putri dari Nyai Haji Siti Aminah dan Kyai Haji Madirono, seorang guru agama di Telukawur, Jepara.
Ayah Kartini pada mulanya adalah seorang wedana di Mayong. Peraturan kolonial waktu itu mengharuskan seorang bupati beristerikan seorang bangsawan. Karena M.A. Ngasirah bukanlah bangsawan tinggi, maka ayahnya menikah lagi dengan Raden Adjeng Woerjan (Moerjam), keturunan langsung Raja Madura. Setelah perkawinan itu, maka ayah Kartini diangkat menjadi bupati di Jepara menggantikan kedudukan ayah kandung R.A. Woerjan, R.A.A. Tjitrowikromo.
Kartini adalah anak ke-5 dari 11 bersaudara kandung dan tiri. Dari kesemua saudara sekandung, Kartini adalah anak perempuan tertua. Kakeknya, Pangeran Ario Tjondronegoro IV, diangkat bupati dalam usia 25 tahun. Kakak Kartini, Sosrokartono, adalah seorang yang pintar dalam bidang bahasa. Sampai usia 12 tahun, Kartini diperbolehkan bersekolah di ELS (Europese Lagere School). Di sini antara lain Kartini belajar bahasa Belanda. Tetapi setelah usia 12 tahun, ia harus tinggal di rumah karena sudah bisa dipingit.
Karena Kartini bisa berbahasa Belanda, maka di rumah ia mulai belajar sendiri dan menulis surat kepada teman-teman korespondensi yang berasal dari Belanda. Salah satunya adalah Rosa Abendanon yang banyak mendukungnya. Dari buku-buku, koran, dan majalah Eropa, Kartini tertarik pada kemajuan berpikir perempuan Eropa. Timbul keinginannya untuk memajukan perempuan pribumi, karena ia melihat bahwa perempuan pribumi berada pada status sosial yang rendah.
Kartini banyak membaca surat kabar Semarang De Locomotief yang diasuh Pieter Brooshooft, ia juga menerima leestrommel (paket majalah yang diedarkan toko buku kepada langganan). Di antaranya terdapat majalah kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang cukup berat, juga ada majalah wanita Belanda De Hollandsche Lelie.
Kartini pun kemudian beberapa kali mengirimkan tulisannya dan dimuat di De Hollandsche Lelie. Dari surat-suratnya tampak Kartini membaca apa saja dengan penuh perhatian, sambil membuat catatan-catatan. Kadang-kadang Kartini menyebut salah satu karangan atau mengutip beberapa kalimat. Perhatiannya tidak hanya semata-mata soal emansipasi wanita, tapi juga masalah sosial umum.
Kartini melihat perjuangan wanita agar memperoleh kebebasan, otonomi dan persamaan hukum sebagai bagian dari gerakan yang lebih luas. Di antara buku yang dibaca Kartini sebelum berumur 20, terdapat judul Max Havelaar dan Surat-Surat Cinta karya Multatuli, yang pada November 1901 sudah dibacanya dua kali. Lalu De Stille Kraacht (Kekuatan Gaib) karya Louis Coperus. Kemudian karya Van Eeden yang bermutu tinggi, karya Augusta de Witt yang sedang-sedang saja, roman-feminis karya Nyonya Goekoop de-Jong Van Beek dan sebuah roman anti-perang karangan Berta Von Suttner, Die Waffen Nieder (Letakkan Senjata). Semuanya berbahasa Belanda.
Makam R.A. Kartini di Bulu, Rembang.
Oleh orangtuanya, Kartini disuruh menikah dengan bupati Rembang, K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, yang sudah pernah memiliki tiga istri. Kartini menikah pada tanggal 12 November 1903. Suaminya mengerti keinginan Kartini dan Kartini diberi kebebasan dan didukung mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang, atau di sebuah bangunan yang kini digunakan sebagai Gedung Pramuka. Anak pertama dan sekaligus terakhirnya, RM Soesalit, lahir pada tanggal 13 September 1904. Beberapa hari kemudian, 17 September 1904, Kartini meninggal pada usia 25 tahun. Kartini dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang.
Kartinischool (1918)
Berkat kegigihannya Kartini, kemudian didirikan Sekolah Wanita oleh Yayasan Kartini di Semarang pada 1912, dan kemudian di Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainnya. Nama sekolah tersebut adalah “Sekolah Kartini”. Yayasan Kartini ini didirikan oleh keluarga Van Deventer, seorang tokoh Politik Etis.
Presiden Soekarno mengeluarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No.108 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964, yang menetapkan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional sekaligus menetapkan hari lahir Kartini, tanggal 21 April, untuk diperingati setiap tahun sebagai hari besar yang kemudian dikenal sebagai Hari Kartini.

PENGUMUMAN PEMENANG "AUDISI CERPEN PERNIKAHAN DINI "

Bismilahirrohmanirrohim

Setelah melewati hari-hari yang melelahkan, tanpa berpanjang kata (karena teman semua sudah cukup di buat deg2 an oleh rekan saya Tri Lego Indah, hehehe...), inilah nama pemenang AUDISI MENULIS CERPEN PERNIKAHAN DINI :

Juara 1 : Cincin Kawin - Happy Rose
Juara 2 : Gerobak Cinta - Yurmawita Adismal
Juara 3 : Dua Raksasa - Fadila Hanum

kepada para juara di harap menginbox nama lengkap, alamat dan nomor rekeningnya.
dan inilah ke -18 kontributor yang bersama-sama dengan tiga pemenang di atas menjadi kontributor yang naskahnya insyaallah akan di bukukan :

1. Kutukan Adat - Setiawan Chogah
2. Ternyata Ini Yang Kuinginkan - Yayu Destiani
3. Flyover Rhapsody - Skylaster Maryam
4. Hati Wanita Bermata Mutiara - Yadhi Rusmiadhi Jashar
5. Perjodohan Kontrak - Ally Jane Parker
6. Berdua Melukis Mimpi - Weni Wahyuni
7. Tuhan, Izinkan Kami Melihat Surga - Nuyuii Selalu
8. Mempelai Putih - El Eyra
9. Hitam - Rafif Amir Afnaf
10. Cinta Itu Melamarku - Lina Lidya
11. Mahar Suciku Lima Puisi - Syarif Hidayatullah
12. Sebuah Nazar - Nih Nurul Sebatangkara
13. Marina, Kamboja Itu Indah - Endang Ssn
14. Mahar - Syari Vaqoth
15. Menanti Pernikhan Ketujuh - Itsuki Nurmani
16. Surat Bergambar Pengantin Dini - Lara Ahmad
17. Saat Hujan Turun - Oci Ym
18. Anakku Tiara - Ahmad Ijazi

Selamat pada semua kontributor. bagi teman2 yang belum beruntung jangan patah semngat ya, masih banyak event lain yang menunggu kreativitas kalian.
kepada para kontributor di harap segera mengirim biodata narasi ke inbox fb saya max. 100 kata (termasuk nama yang ingin di cantumkan) , juga memasang cover novel Dewi Hastuti berjudul Namaku Hartini selama TIGA HARI mulai tanggal 22 april-24 april 2011.


Selain itu juga kami ucapkan terimakasih pada Mbak Syamsa Hawa yang telah bersedia meluangkan waktunya menjadi juri event kecil ini.

Akhir kata, sampai bertemu di event selanjutnya!
Semangat Menulis!

Salam
Penyelenggara : Dewi Hastuti
Panitia : Yazmin Aisyah + Tri Lego Indah

Rabu, 20 April 2011

MENGHITUNG BINTANG


Kado kecil bwt Bintang, putra tercinta mb Yully Riswati :


“Jangan terus mendongak ke langit! Nanti sakit lehermu.”
“Aku sedang menghitung bintang.”
Ia tertawa, di raihnya daguku, memaksaku menatapnya.
“Kau tak kan mampu. Biarkan mereka ada di langit tanpa seorangpun tahu jumlahnya. “
“Tidak!” aku berkeras. “Aku akan tetap menghitung bintang ini dan mencoba bicara padanya. Dia akan mendengar!” aku memalingkan wajah, tak ingin melihat raut prihatin dari mata itu.
“Dia katamu? Dia tak kan mendengar. Mana mungkin? Dia sudah membohongimu Luna. Sudah berapa lama dia tak kembali dan sampai berapa lama lagi kau harus menunggunya?”
Aku menggeleng, lelah. Bicara padanya sungguh terasa melelahkan.
“Sudah kubilang, ia akan merasakannya setiap kali aku rindu dan bicara pada bintang…” suaraku lirih, tak berharap ia mendengar karena sudah puluhan kali kalimat itu kulontarkan.
“Luna, kau sungguh naïf. Lupakan dia dan lanjutkan hidupmu!”
Aku terdiam. Kenapa ia tak mau mengerti aku?
“Luna…”
“Pergilah, kau membuatku harus menghitung dari awal.” Aku mendorong bahunya halus. Rainy menatapku lekat. Ada kabut di matanya yang siap luruh. Selalu begitu setiap kali ia melihatku menghitung bintang.
Aku menutup pintu, menguncinya sekaligus ketika tubuh Rainy sudah melewati ambang pintu. Aku kembali ke balkon kamarku, tak peduli malam telah begitu larut. Namun bukankah bintang akan semakin ramai ketika malam kian menua?
Aku tersenyum dan mulai menghitung lagi.
Satu… dua… tiga…
***
“Aku akan segera kembali Luna. Lalu kita akan menghitung bintang bersama.”
“Sungguh?”
Dia mengangguk.
“Aku pergi juga demi dirimu, masa depan kita. Bersabarlah…”
Airmataku mulai luruh, tak pernah terbayang berpisah dengannya. Langitku. Matahariku, Awanku…
“Jika kau merindukanku, bicaralah pada bintang yang paling terang, maka aku akan merasakannya.”
Lalu dia pergi. Hari-hari kuhabiskan bersama canda bintang-bintang yang seperti tak lelah bermunculan dan mengacaukan hitunganku. Hingga waktu berloncatan menjelma hitungan tahun.
“Langit sudah menikahi lagi di negeri seberang. Dia sudah melupakanmu.” Suara Rainy yang selalu tanpa basa-basi menyilet dinding hatiku.
Aku tertawa. Kabar itu tak dapat dipercaya. Langit tak begitu. Tak kan pernah membiarkan awan menjelma dalam hatiku, lalu berubah rinai. Bahkan hingga bertahun-tahun kemudian dia tetap tak datang, aku masih setia menghitung bintang.
Dan kini, sudah berapa lamakah waktu tak mengembalikan sosoknya padaku? Aku beralih ke hadapan cermin, menatapnya lekat dan pada akhirnya tertunduk oleh sorot mataku sendiri. Aku mendesah, memutuskan untuk menyingkirkan seluruh cermin dan kalender dari kamarku. Tak perlu menghitung waktu dan melihat garis usia karena aku yakin dia akan datang.
“Luna, ada tamu!” suara Rainy di luar pintu terdengar bergetar. Aku mengerutkan kening. Tamu untukku tengah malam begini?
Seraut wajah tampan menungguku di ruang tamu. Aku tertegun. Langit!
“Kau pulang?”
Suaraku bergetar. Persis suara Rainy tadi. Sosok ini jugakah penyebabnya? Aku mengerjabkan mata menatap wajah itu. teduh matanya yang serupa telaga, rambut ombaknya yang hitam lebat, tubuh tinggi tegapnya… tanpa sadar, aku beringsut menghampirinya. Betapa ingin aku memeluk dia, langitku!
“Maaf Ibu Luna, saya bukan Langit, tapi saya putranya. Saya kemari menyampaikan pesan Ayah.”
Aku tertegun. Sayup kudengar sehela nafas yang kuyakini milik Rainy dari balik tembok. Bukan tangis, tapi suara itu menyadarkanku untuk mencerna kata-kata yang dilontarkan pemuda di hadapanku. Perlahan, aku menghela tubuhku ke hadapan cermin besar di sudut ruang, menekuri sesosok tubuh renta dengan kulit keriput dan rambut yang sebagian memutih.
 “Tetaplah mengitung bintang sampai aku kembali Luna. Dan jika aku tak juga kembali biarkan bintang lain datang karena kaulah ratu mereka, Luna, rembulanku…”

Bandar Lampung, 19 april 2011
Terinspirasi dari lagu “Bicara Pada Bintang- nya Rossa, hehehe…”



Selasa, 19 April 2011

LOMBA FLASH TRUE STORY (FTS): IMPIANKU MENJADI PENULIS ...

Syarat  dan ketentuan:
  1. Lomba ini terbuka untuk umum di seluruh Indonesia dan luar negeri, tanpa batasan usia, jenis kelamin, pendidikan, dll.
  2. Bersifat perorangan, masing-masing peserta hanya boleh mengirim 1 tulisan.
  3. Maksimal 200 kata.
  4. Tema: Impianku Menjadi Penulis …
  5. Ditulis dalam note FB-nya dan biodata singkat maksimal 75 kata ditulis di bagian bawah tulisannya. Serta WAJIB mentag bersama informasi ini minimal kepada 20 orang teman.
  6. WAJIB mentag note FB-nya ke FB Joni Lis Efendi (jika belum berteman silakan di-add).
  7. Naskah diterima panitia selambat-lambatnya pada tanggal 30 April 2011 pukul 23.59 WIB.
  8. Dewan juri akan menetapkan 5 ORANG PEMENANG, yang berhak mendapatkan BEASISWA Sekolah Menulis Cerpen Online (SMCO) senilai @Rp 150 ribu; belajar gratis menulis cerpen online selama 2 bulan, dapat sertifikat dan kartu anggota Writing Revolution (WR), berhak ikutan LOMBA CERPEN REMAJA 2011 dan proyek buku antologi WR serta berbagai lomba khusus warga WR lainnya.
  9. Info lengkap Sekolah Menulis Cerpen Online (SMCO) klik: www.menulisdahsyat.blogspot.com atau www.writing-revolution.com
  10. Keputusan Dewan Juri tidak dapat diganggu gugat.

Senin, 18 April 2011

ANTOLOGI PERTAMAKU : Sebuah Episode Pengamen

Telah terbit di LeutikaPrio!!!

Judul : Wujudkan Mimpimu: Sebuah Episode Pengamen
Penulis : Ceko & Pemenang Lomba FF Pengamen Cinta
Tebal : viii + 165 hlm
ISBN : 978-602-9079-54-8
Harga : Rp 38.700,-

Sinopsis :

Hingga kini, terwujud sudah antologi flash fiction: “Wujudkan Mimpimu: Sebuah Episode Pengamen” yang berisi 50 karya penulis terpilih. Plus sebuah flash fiction yang diadaptasi dari cerita pementasan teater “Wujudkan Mimpimu” yang diperankan oleh Anak-anak Komunitas Tol Pasteur di bawah naungan Ubuntu Theatre Organization, ‘mainteater’, dan Yayasan Bahtera.

Barisan huruf, rangkaian kata, dan kalimat dalam buku ini seolah bukan hanya bentuk visual bacaan inspiratif, namun akan terasa berubah menjadi audio berbentuk rangkaian nada-nada mayor-minor. Seperti saat mendengarkan para musisi jalanan menjual suaranya, apakah akan kita dengarkan atau abaikan begitu saja?

“Buku yang inspiratif dan humanis. Kisahnya pendek-pendek, namun menghentak, menghunjam rasa kemanusiaan, membangun empati pada orang-orang yang terpinggirkan, sekaligus pembangkit semangat. Bahwa harapan itu selalu ada. Layak dibaca oleh para pejuang kehidupan.”
(Tethy Ezokanzo, penulis lebih dari 25 buku)

Ps : Buku ini sudah bisa dipesan sekarang via website www.leutikaprio.com, inbox Fb dengan subjek PESAN BUKU, atau SMS ke 0821 38 388 988. Untuk pembelian minimal Rp 90.000,- GRATIS ONGKIR seluruh Indonesia. Met Order,all!!

Ikuti KUMCERKU di LeutikaPrio!

Ada belasan file cerpen bertebaran di laptopmu. Ada setumpuk kertas berisi cerpen-cerpen jadul yang hanya kalian tulis, baca dan simpan. Apa kalian suka bertukar cerpen dengan kawan-kawan lain yang juga hobi menulis? Kenapa nggak bikin antologi aja?  So, Leutika mengajak kalian yang punya karya untuk ikutan event “Kumcerku di LeutikaPRIO”.

Ketentuan :
1. Add akun Fb Leutika Prio bagi yang belum menjadi teman Fb (wajib)
2. KumCer bertema bebas.

3. Isi naskah tidak mengandung SARA, pornografi, dan belum pernah diterbitkan oleh pihak lain (baik secara massal maupun online).
4. Persyaratan halaman:
 Satu naskah terdiri dari minimal 10 cerpen,dengan perkiraan hal masing-masing cerpen 3-4 halaman A4 spasi 1 ½ Times New Roman 12.
10 Cerpen tersebut bisa ditulis oleh MAKSIMAL 5 orang. Jadi tidak harus 1 orang, kok :)

5. Kirim karyamu ke leutikaprio@hotmail.com dengan subjek “KumCerku di LeutikaPRIO”. Lengkapi juga dengan:
a. Sinopsis
b. Biodata (Nama asli, nama pena, tempat tanggal lahir, alamat sesuai KTP, alamat surat, email, alamat fb, no telp/HP yang bisa dihubungi, dan no rekening yang masih aktif)

Jika naskah adalah tulisan lebih dari 1 orang, tetap sertakan biodata seluruh penulis.

Seluruh data tersebut bisa dijadikan dalam satu file : Sinopsis dan Biodata.

6. Mohon untuk meng-attach file dan tidak menaruhnya di badan email. Setiap karya yang dikirim ke selain email di atas, tidak kami data dan kami anggap tidak sah.

7. Setiap peserta hanya boleh mengirimkan satu naskah terbaiknya. Ketentuan ini juga berlaku bagi penulis “keroyokan”, hanya boleh menulis untuk 1 judul buku.

8. Posting gambar event & materi lomba di FB masing2. Tag minimal 25 orang. Anda tidak perlu men-tag Leutika.

Hadiah:
Leutika akan memilih 5 (lima) karya terbaik untuk diterbitkan secara GRATIS di LeutikaPRIO dengan paket penerbitan senilai total Rp 2.500.000,-. Pemenang juga mendapatkan 1 eks hasil buku jadi, dan royalti dari penjualan buku.
Selain itu pemenang akan mendapat Paket Buku gratis dari Leutika (judul tidak bisa memilih).
Hadiah buku akan dikirim langsung ke alamat pemenang.

Deadline: 
31 Mei 2011 jam 12 malam. (Jangan mepet2 deadline ya :)

Pengumuman Pemenang:
6 Juni 2011 jam 12 siang  di website Leutika, LeutikaPrio dan seluruh FB Leutika group.

LMCR-2011 ROHTO-MENTHOLATUM GOLDEN AWARD ke 6 tahun 2011

Lomba Menulis Fiksi Paling Bergengsi
LMCR
KEMBALI MENGUNDANG ANDA UNTUK BERPRESTASI
Raih Hadiah Total Rp 95 Juta

Syarat-Syarat Lomba
  1. Lomba ini terbuka untuk pelajar SLTP (Kategori A), SLTA (Kategori B)  dan Mahasiswa/Guru/Umum (Kategori C)  dari seluruh Indonesia atau mereka yang sedang studi/bertugas di luar negeri
  2. Lomba dibuka  21 April 2011 dan ditutup 21 September 2011 (stempel pos)
  3. Tema Cerita: Dunia remaja dan segala aspek serta aneka rona kehidupannya (cinta, kebahagiaan, kepedihan, kekecewaan,  harapan, kegagalan, cita-cita, persahabatan, pengalaman unik, petulangan  maupun perjuangan hidup)
  4. Judul bebas, tetapi mengacu pada tema Butir 3
  5. Setiap peserta boleh mengirimkan lebih dari satu judul. Judul boleh menggunakan bahasa asing
  6. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia yang baik, benar dan indah (literer). Bahasa daerah, bahasa prokem, bahasa gaul dan bahasa asing boleh digunakan untuk dialog (bukan narasi)
  7. Naskah yang dilombakan harus asli, bukan jiplakan dan belum pernah dipublikasikan
  8. Ketentuan naskah:
  1. Ditulis di atas kertas ukuran kuarto atau A-4, ditik berjarak spasi 1,5 spasi, huruf 12 font Times New Roman, margin kiri-kanan rata maksimal 3Cm
  2. Panjang naskah 6 (enam) – 10 (sepuluh) halaman, diprint 3 (tiga) rangkap (copy) disertai file dalam CD
  3. Naskah disertai sinopsis, biodata singkat pengarang dan foto dalam pose bebas ukuran postcard. Lampiran lainnya: Fotocopy KTP/SIM atau Kartu Pelajar/Mahasiswa  dan Kartu Keluarga (pilih salah satu)
  4. Setiap judul naskah yang dilombakan wajib dilampiri 1 (satu) kemasan LIP ICE jenis atau saja atau segel SELSUN jenis apa saja
  5. Naskah yang dilombakan beserta lampirannya dimasukkan ke dalam amplop tertutup, cantumkan tulisan PESERTA LMCR-2011 sesuai dengan kategorinya pada bagian kanan atas amplop
  6. Naskah dan persyaratan (Butir e) dikirim ke alamat:
Panitia LMCR-2011 ROHTO-MENTHOLATUM  GOLDEN AWARD
Jalan Gunung Pancar No.25 Bukit Golf Hijau, Sentul City
Bogor 16810 – Jawa Barat
  1. Hasil lomba diumumkan  15 Oktober 2011 melalui website: www.rayakultura.net dan www.rohto.co.id
  2. Keputusan Dewan Juri bersifat final dan mengikat
  3. Naskah yang masuk ke Kotak Pos  Panitia LMCR-2011 menjadi milik PT ROHTO, hak cipta milik pengarangnya
  4. Informasi lebih lanjut silakan e-mail ke: lmcr.kelima@gmail.com
Hasil Lomba dan Hadiah Untuk Para Pemenang
Pajak hadiah para pemenang ditanggung PT ROHTO Laboratories Indonesia

Kategori A (Pelajar SLTP)
  • Pemenang I  – Uang Tunai Rp 4.000.000,- + ROHTO-MENTHOLATUM GOLDEN AWARD
  • Pemenang II  – Uang Tunai Rp 3.000.000,- + Piagam ROHTO-MENTHOLATUM
  • Pemenang III – Uang Tunai Rp 2.000.000,- + Piagam ROHTO-MENTHOLATUM
  • 5 (lima) Pemenang Harapan masing-masing mendapat Uang Tunai Rp 1.000.000,- + Piagam ROHTO-MENTHOLATUM
  • 10 (sepuluh) Pemenang Harapan masing-masing mendapat Bingkisan dari PT ROHTO + Piagam ROHTO-MENTHOLATUM
  • 15 (lima belas) Pemenang Karya Favorit masing-masing mendapat Piagam ROHTO-MENTHOLATUM
  • Sekolah Pemenang I, II dan III berhak mendapat 1 (satu) Unit TV
Kategori B (Pelajar SLTA)
  • Pemenang I – Uang Tunai Rp 5.000.000,- + ROHTO-MENTHOLATUM GOLDEN AWARD
  • Pemenang II – Uang Tunai  Rp 4.000.000,- + Piagam ROHTO-MENTHOLATUM
  • Pemenang III – Uang Tunai Rp 3.000.000,-  + Piagam ROHTO-MENTHOLATUM
  • 5 (lima) Pemenang Harapan masing-masing mendapat Uang Tunai  Rp 1.000.000,- + Piagam ROHTO-MENTHOLATUM
  • 15 (lima belas) Pemenang Harapan masing-masing mendapat Bingkisan dari PT ROHTO + Piagam ROHTO-MENTHOLATUM
  • 50 (lima puluh) Pemenang Karya Favorit masing-masing mendapat Piagam ROHTO-MENTHOLATUM
  • Sekolah Pemenang I, II dan III berhak mendapat 1(satu) Unit TV
Kategori C (Mahasiswa/Guru/Umum)
  • Pemenang I – Uang Tunai  Rp 7.000.000,- + ROHTO-MENTHOLATUM GOLDEN AWARD
  • Pemenang II – Uang Tunai Rp 6.000.000,- + Piagam ROHTO-MENTHOLATUM
  • Pemenang III – Uang Tunai Rp 4.000.000,- + Piagam ROHTO-MENTHOLATUM
  • 5 (lima) Pemenang Harapan Utama masing-masing mendapat Uang Tunai Rp 1.500.000,- + Piagam ROHTO-MENTHOLATUM
  • 20 (dua puluh)  Pemenang Harapan masing-masing mendapat Bingkisan dariPT ROHTO + Piagam ROHTO-MENTHOLATUM
  • 200 (dua ratus) Pemenang Karya Favorit masing-masing mendapat Piagam ROHTO-MENTHOLATUM
Seluruh pemenang mendapat Antologi LMCR-2011 dan Buku TELAGA INSPIRASI MENULIS FIKSI karya Naning Pranoto

Kamis, 14 April 2011

ENGKAULAH WANITA PALING MULIA


WAHAI SAUDARIKU…
Seorang muslimah yang shalehah adalah yang selalu bersikap baik kepada suaminya dan selalu mentaatinya setelah ketaatannya kepada ALLAH. Rasulullah Saw memuji wanita seperti ini dan menjadikannya wanita ideal yang harus dipilih oleh lelaki. Ketika seorang sahabat bertanya, “istri yang bagaimanakah yang paling baik?” Rasululah menjawab, “istri yang menyenangkan jika suaminya melihatnya, yang taat jika suaminya memerintahnya, dan yang tidak membantahnya dan tidakmembelanjakan harta suaminyauntuk halhal yang tidak disukai suaminya.
Rasululah juga pernah mengabarkan, bahwa masuknya seorang wanita ke dalam surge adalah tergantung keridhaan suaminya. Ummi salamah.r .a. meriwayatkan: Rasululah Saw bersabda,” siapapun wanita yang meninggal dunia dan suaminya meridhainya, maka ia akan masuk surga..”
Ada satu nasehat bagus yang diwariskan seorang wanita Arab, yaitu nasihat Umamah binti Harits kepada putrinya, Ummu Iyas binti Auf pada malam pernikahannya:
·         Seorang istri harus mematuhi suaminya dengan penuh ketulusan dan memperhatikan perintahnya dengan penuh ketaatan <selama perintah itu tidak menentang syariat agama>
·         Seorang istri hendaklah memelihara kebersihan bagian bagian tubuhnya yang selalu menjadi tujuan hidung dan mata suami. Jangan sampai ia melihat sesuatu yang tidak menyenangkan pada dirimu dan agar ia selalu mencium aroma wangi dari tubuhmu
·         Seorang istri hendaklah selalu memperhatikan waktu makan dan waktu tidur suaminya. Karena rasa lapar membuatnya garang dan kurang tidur membuatnya mudah marah
·          Seorang istri hendaklah menjaga harta suaminya, memelihara kehormatanya dan keluarganya,mengatur keuangan rumah tangga yang baik dan merawat anak anak dengan penuh cinta.
·         Jangan pernah menentang perintahnya , menyebarkan aib atau rahasianya
·         Jangan tampakkan wajah ceria dihadapannya ketikaia sedang bersedih dan jangan pulatampakan wajah sedih saat ia sedang bahagia

Semoga kita semua bias menjadi wanita mulia itu. Dan semoga kita mendapat pendamping hidup lelaki yang soleh dan TIDAK PERNAH mengajak kita berbuat maksiat. Karena meski setiap perintah suami wajib dituruti, perintah dan ajakan untuk berbuat maksiat kepada ALLAH tetaplah harus kita tolak. Karena ketaatan kita yang pertama adalah kepada ALAH SWT.

<Dr.Aidh Abdulah Al-Qarni, La TahzanFor Smart Muslimah. Dengan sedikit perubahan dan tambahan>

Rabu, 13 April 2011

SANG KOMANDAN

Oleh Yazmin Aisyah

Bunda, siapakah yang disebut pahlawan itu?
Apakah hanya dia yang  tercantum dalam buku sejarah nan kelam?
Yang wanginya terus melati, makamnya selalu diziarahi
Namanya abadi dalam gedung tinggi,
Dan sekian ratus meter aspal menghitam

Bunda, aku punya beberapa puluh wanita dan pria yang mulia
Mendidikku dari tak bisa membaca sampai pandai merangkai kata
Mereka disebut dalam lagu sebagai pahlawan tanpa tanda dan jasa
Kau dan aku setuju kan Bunda?
Karena ilmu yang mereka berikan tak pernah hilang meski termakan usia

Bunda, tapi aku tak mengerti
Bagaimana dengan Sumiati, Kikim Komalasari
Dan entah berapa ribu lagi TKI yang terlukai
Bukankah merekapun pahlawan negeri?
Yang tak tersadari, mengais rezeki ditengah manusia tak bernurani
Padahal negeri ini, kaya tak terperi

Oh Bunda, aku semakin tak mengerti
Benarkah predikat pahlawan itu bergengsi?
Mengapa anak cucu bahkan istrinya sering masuk televisi?
Bukan untuk menerima upeti
Tapi karena harus terusir dari rumah yang berpuluh tahun didiami

Bunda, Bolehkah aku terus mencari?
Menyelami arti dari semua istilah yang membingungkan ini
Karena bagiku sejak dulu hingga kini
Hanya engkau pahlawan sejati
Yang tak pernah lelah mengabdi pada semua yang kau cintai
Padahal kau tahu betapa bebalnya kami
Tapi senyummu tak pernah habis terlukisi

Bunda, jika nanti kutemukan
Aku ingin menulis buku dan menerbitkan
Mereka yang kuanggap pahlawan
Dan namamu…
Kuletakkan dihalaman depan
Karena bagiku, kau lah komandan para pahlawan  

Dedicate to My Mom

HITAM PUTIH

Putih, bersih, suci.
Gaun pengantin putih itu tergeletak diranjangku. Menerorku dengan kesuciannya.
Aku tak pantas memakainya. Bukan aku. Bukan orang orang hitam sepertiku. Karena warna yang tercipta akan sangat kontras, tak pantas.  Bagaimana mungkin dia, sang malaikat yang menguarkan aura putih itu memintaku mengenakan gaun yang hanya pantas dipakai oleh bidadari saja. Padahal hitamku jelas terlukis. Ia tahu.
“aku pahami jalan hidupmu sebagai garis takdir. Hitam itu hanya warna. Izinkan aku berusaha mengembalikan dirimu kembali bidadari, putih meski sedikit demi sedikit…”
Itu yang dikatakannya, mengapa tekadnya begitu kuat? Tak takutkah ia jika putihnya ternoda? Dia tak kan mendapatkan apapun dariku selain rasa kecewa. Bahkan mungkin… kehancuran.
Aku membuka sedikit pintu kamar, mengintip kesibukan dari celah pintu. Orang orang lalu lalang mempersiapkan pernikahanku. Ohh…pernikahanku tinggal menunggu hitungan jam saja. Bagaimana ini?
Pintu kamarku diketuk. Ibu masuk dan menatapku dalam dalam.
“jangan khawatirkan apapun. Bukankah dia telah menerimamu apa adanya? Dia tahu semua tentangmu dan jika ia masih ingin menikahimu, itu adalah karunia dari Allah. Hadiah atas pertobatanmu..”
ibu mengelus kepalaku pelan. Penuh sayang. Namun sedetikpun aku tak berani menatap mata beningnya. Bu, semoga tidak kau lihat luka yang masih harus kusembunyikan. Luka yang menggores hampir seluruh tubuh hitamku. Tak mungkin kubuka karena itu akan membuatmu berduka.
“tidurlah. Besok pagi pagi kau harus sudah bangun. Lihat, gaun itu menantimu…”
Ia tersenyum sambil menunjuk gaun putih itu. hatiku berdesir.
Putih.
Ohh… betapa takutnya aku akan warna itu. karena ia ‘musuhku’
Ibu berlalu, menutup pintu kamar, meninggalkanku dalam senyap. Kamar ini, esok akan menjadi kamar pengantin. Nuansa putih - ohh…lagi lagi putih – yang mendominasi dekorasi membuatku mulai gemetar.
Aku menerima pinangan laki laki itu karena tahu betapa ingin Ibu melihatku menikah. Laki laki putih itu, mungkin adalah pilihan terbaik bagi gadis manapun. Kecuali aku. Aku tak kuasa menolak saat melihat mata ibu yang memohon. Padahal hatiku gamang. Ia putih. Aku hitam. Bagaimana mungkin bisa disatukan?
Dan kini, aku berada dipersimpangan. Masih ada beberapa jam lagi untuk membuat keputusan. Menikahinya berarti menghancurkan hidupnya. Membatalkan pernikahan sama saja mnghancurkan hati Ibu. Mana yang harus kupilih?
Aku memejamkan mata. Namun siluet itu kembali membayang. Obat obatan laknat, jarum suntik, tes darah..
HIV
Aku tersentak. Bagaimana mungkin aku melakukan ini? Bagaiamana mungkin aku menodainya putihnya dengan hitamku? membiarkannya berubah warna menjadi kelabu. Warna yang suram, tak hidup, tak enak dipandang mata. Bahkan bagiku ia bukan warna.
Dan jika nantinya ia menyiramiku, berarti tunas yang akan tumbuhpun semua akan kelabu, layu…
Itu tak boleh terjadi…
Dan sejam kemudian, disinilah aku. Mengemas gerimis sendiri. Mencoba berdamai dengan hati. Tak kan kubiarkan putih malaikat itu ternoda oleh hitamku.
Ibu, maafkan aku. Kuharap, suatu saat nanti kau akan tahu dengan caramu. Kau pasti mengerti.

Pages